Pagi yang cerah, sinar matahari bersinar terang. Sambil berjemur, hati ini terasa hampa, saya sangat rindu masa – masa sebelum kemunculan Covid 19 di Indonesia. Beberapa minggu lalu, di mana saya dan kawan – kawan sesame kader Pekka Trenggalek selalu bersemangat melakukan sosialisasi Pekka, berbagi ilmu tentang usaha kecil, selalu kompak dalam melakukan kegiatan – kegiatan sosial, baik bersama Pekka, bersama kelompok pengajian dan lainnya.
Semenjak kemunculan Covid 19, kami menjadi terisolasi di rumah. Aktifitas di luar banyak yang tertunda, pelanggan usahaku, batik Sibori kian hari kian berkurang. Meski saya tidak bisa berdiam diri. Produksi batik sibori tetap kami lakukan.
Selain membuat kain batik sibori, kini kesibukanku kutambah dengan memproduksi masker. Sebagian untuk menuruti pesanan beberapa orang dari pemerintahan, dan lain – lain. Sebagian lagi kubagikan secara cuma – cuma di lingkungan sekitar dan kepada kawan – kawan.
Hal ini saya lakukan karena saya menyadari, masker menjadi kebutuhan utama di saat – saat ini. Saat kita sedang berjuang melawan virus Covid-19 yang tak kasat mata. Dan kawan – kawan banyak yang mengatakan kini sulit sekali mencari masker. Maklumlah karena kami hidup di desa, fasilitasnya sangat terbatas.
Hingga kini, usaha kami sudah mulai lumpuh total. Tapi saya yakin ini hanya sementara. Saya berharap semua masyarakat mantaati himbauan pemerintah dengan membatasi jarak, sering mencuci tangan dengan sabun, melapor jika ada pendatang, semua itu demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
Demikian sedikit jeritan hati kami sebagai pelaku usaha atas dampak adanya wabah virus Covid-19. Semoga tak lama lagi virus ini dilenyapkan Allah dari muka bumi. Dan kami tetap memohon dukungan pemerintah untuk mengatasi usaha kecil kami ini.
Partini,
kader Pekka Trenggalek