Ibu Sumarni adalah seorang ibu pekka bukan karena bercerai secara resmi tapi karena Nge ‘e Ngala (tinggal terpisah dengan suaminya), karena sang suami tidak lagi mampu membiayai seluruh kebutuhan hidup rumah tangga nya, sang suami pergi dengan meninggalkan hutang yang begitu banyak, suaminya dahulu adalah seorang pemabuk dan penjudi , uang dari hasil bertani jagung di pakai oleh suami nya untuk berjudi dan minum, padahal modal untuk bertani di pinjam dari Bank dan Renternir.
berbagai cara telah dilakukan oleh ibu Sumarni agar suami nya mau bekerja sama untuk membantunya melunasi semua hutang – hutangnya, namun niat baik ibu Sumarni tidak juga di gubris, ibu sumarni juga pernah meminta Kepala desa untuk memediasi mereka tapi tidak juga ada jalan penyelesaian , akhirnya ibu Sumarni harus bekerja banting tulang untuk melunasi semua hutang – hutangnya .
Sekarang dengan penghasilah sebagai buruh tani dia harus memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anaknya, dia juga harus menyisihkan rejeki nya untuk mencicil hutang-hutang yang ditinggalkan suaminya. Sungguh ujian yang cukup berat baginya dengan penghasilan yang minim ibu Sumarni harus menghidupi ke 3 putrinya, putri pertama duduk di bangku kelas 1 SMA Aliyah negeri Dompu, putri ke dua masih kelas 6 SD, dan yang ke tiga baru berusia 2 tahun, namun aku tak akan pernah berhenti berjuang demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anakku
Sejak bergabung di kelompok Pekka sejak bulan September 2018, dia berusaha menyisihkan pendapatannya untuk di tabung ala kadarnya, paling rendah Rp , 5.000, per Minggu nya. karena baginya bergabung di kelompok pekka membuatnya merasa lebih baik, dari segi kekuatan mental dan batinnya untuk menghadapi hidup, penguatan pisikis maupun ekonomi. Di kelompok Pekka ia bisa curhat dengan teman lainnya, berbagi cerita dan menerima solusi nya.
Setelah beberapa bulan menabung akhirnya pada bulan Desember 2018 ia memberanikan diri mengajukan pinjaman ke kelompok sebanyak 1 juta rupiah untuk di jadikan modal usaha, dengan modal tersebut bu sumarni membuka kios kecil di emperan rumahnya dan berjualan mie rebus, kopi dan susu panas bagi tetangga di sekitar nya. Hasil dari berjualan tersebut sebagian dia gunakan untuk mengangsur pinjaman setiap minggu dengan angsuran tidak lebih dari Rp. 50.000 setiap minggunya.
” Terima kasih ku kepada Pekka telah memberikan wadah bagi ku dan anggota lainnya sehingga aku telah menemukan jalan untuk menghidupi anank – anakku, dengan begini aku tidak perlu bingung lagi untuk mencari pekerjaan di kala musim menjadi buruh tani sedang tak di butuhkan, sekarang aku bisa bekerja sambil menemani anak-anak ku di rumah, kadang ketika menjadi buruh tani aku selalu meningglakan anak-anak di rumah untuk bekerja di ladang orang sebagai buruh tani, kini dengan berjualan di kios aku bisa bekerja sekaligus bisa merawat dan menjaga anank-anak ku yang masih kecil, Allah telah memberikan aku petunjukNYA, dengan bergabung di kelompok pekka ini memberiku secercah harapan untuk masadepan ku dan anak-anakku yang lebih baik”.
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB