Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.
Nunik Harnani namanya, 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.
Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.
Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8 jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.
Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.
Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.
Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.
Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.
Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.
Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.
Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.
Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.
Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.
Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.
Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.