Mataku terbeliak melihat angka yang tertulis dalam rincian biaya yang diberikan pihak rumah sakit. Tertera angka hampir mencapai nominal empat belas juta rupiah. Kualihkan tatapan mataku keraut wajah yang mulai keriput karena dimakan usia. Wajah sedih dan bingung tertunduk lesu tak tahu mau berbuat apa dan kemana mencari uang sebanyak itu.
Kakek yang sehari-hari sering dipanggil Gani (55 thn), warga Desa Rawang Besar Kecamatan Sirah pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir ini hanya seorang petani yang kehidupan sehari-harinya sangat susah, untuk makan saja sering mengalami kekurangan.
Kejadian ini berawal seminggu yang lalu, Senin 16 Agustus 2021 pagi-pagi sekali kudengar suara ketukan dipintu depan rumahku. Aku beranjak dari kesibukanku didapur yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga. Saat kubuka pintu ternyata kakek Gani yang datang dengan muka sedih dan bingung. Beliau menyampaikan musibah yang dialami cucunya Ari (11 Thn) anak dari Amrul dan Yuni yang selama ini tinggal bersamanya.
Ari terkena luka bakar saat bermain masak-masakan bersama dua orang temannya, dia menggunakan bensin untuk menyalakan api. Ketika api dinyalakan Ari langsung disambar api karena didekatnya ada bensin yang memang sangat mudah terbakar, Ari mengalami luka yang sangat serius. Saat melihat kondisi Ari, saya berinisiatif untuk membawa Ari kerumah sakit.
Sesampai dirumah sakit dokter langsung menangani Ari. Setelah diperiksa, Dokter mengatakan luka bakar yang dialami Ari cukup serius, Ari mengalami luka bakar hampir 60 persen. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kayu Agung merujuk Ari ke Rumah Sakit yang lebih besar di Palembang, namun karena pihak keluarga khawatir tidak memiliki biaya jika harus ke Palembang, kami mencoba berunding dengan pihak rumah sakit agar Ari tetap bisa dirawat di sini saja. Akhirnya pihak rumah sakit setuju dan melanjutkan perawatan Ari di RSUD Kayu Agung dengan syarat pihak keluarga menandatangani surat penyataan. Awalnya kakek dan neneknya ingin Ari berobat dengan rawat jalan saja, mengingat mereka tidak punya uang kalau mau menginap dirumah sakit. Namun dengan luka yang dialami Ari pihak rumah sakit mengtakan harus dirawat inap.
Hampir seminggu Ari dirawat dirumah sakit, setelah menjalani operasi Ari diizinkan pulang oleh dokter. Karena Ari tidak memiliki BPJS, sehingga harus berobat umum, ketika melihat rincian biaya dari rumah sakit yang begitu besar kakek Gani kebingungan karena tidak mempunyai uang sebanyak itu. Selama ini beliau tidak ambil pusing soal BPJS karena belum pernah mengalami sakit yang mengharuskan ke rumah sakit dan mengeluarkan biaya besar.
Saya yang dari awal sudah ikut membantu menangani Ari mencoba membantu sebisa mungkin. Dari mulai menggalang dana dari teman-teman sampai mengupayakan mencari bantuan ke Dinas Sosial, dari hasil penggalangan dana saya bisa mengumpulkan uang sebesar Rp.3.500.000,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah). Saat saya ke kedinas sosial, saya menceritakan kasus Ari dan kondisi keluarga kakek Gani, kemudian oleh Dinas Sosial kami diberi surat rekomendasi untuk minta bantuan ke BAZNAS kabupaten OKI, Alhamdulillah kami mendapatkan bantuan uang sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) dari BAZNAS, jadi sementara uang yang terkumpul sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). Saya kembali menemui bagian keuangan rumah sakit untuk minta keringanan biaya dan mendapat pengurangan biaya sebesar Rp. 3000.000 (tiga juta rupiah)
Masih banyak kekurangan yang harus kami bayar ke rumah sakit. Akhirnya saya mengambil inisiatif lagi untuk menghubungi salah satu anggota DPRD Kabupaten OKI agar bisa membantu, akhirnya dengan jaminan beliau kami bisa pulang dari rumah sakit.
Dengan kondisi seperti ini saya berpikir, sangatlah penting bagi masyarakat untuk memiliki jaminan kesehatan. Karena saat mereka sakit dan tidak mempunyai uang merupakan kesulitan terbesar yang akan dihadapi.
Memang untuk saat ini ada kebijakan pemerintah daerah untuk mendapatkan kartu jaminan kesehatan asalkan orang tersebut bisa menunjukan surat keterangan sakit dari rumah sakit dan membawa surat keterangan tidak mampu dari pemerintah desa. Namun program ini terasa belum efektif bagi masyarakat, karena sebelum mendapatkan BPJS mereka harus membayar dulu kepihak rumah sakit, setelah sakit baru bisa mengusulkan BPJS PBI ke Dinas Sosial.
Berharap kedepan BPJS PBI makin banyak menyasar kepada masyarakat miskin agar mereka bisa terbantu saat mengalami kondisi seperti kakek Gani.
Kontributor: Ratmi, Kader Pekka Kab. OKI, Sumsel
Editor: Devi