\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n
\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n
\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Aktivitas telah dimulai sejak pagi hari, di mana ibu-ibu mulai pergi ke pinggiran pantai untuk mencari alo-alo, dengan membawa tangguh<\/em> (semacam alat penangkap) yang dibuat dari bahan jaring dan besi. Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ibu-ibu tak menyurutkan semangat mereka untuk mencari rupiah demi anak-anak dan keluarganya. Sesampainya di pinggir pantai, mereka mulai mencari alo-alo satu demi satu dan dikumpulkan di dalam karung. Ibu-ibu harus mencari alo-alo di saat air laut sedang surut dan apabila air pasang, mereka harus segera pulang.<\/p>\n\n\n\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Pada Agustus 2021 lalu, tepatnya di pesisir pantai Desa Guntung, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, sekelompok ibu-ibu mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sedang mereka alami. Rumah mereka yang terletak di sekitar pantai membuka mata mereka untuk mendapatkan sedikit rezeki dari sana. Menurut mereka, ada hasil laut di sekitar bibir pantai yang bisa menghasilkan uang, warga di situ menyebutnya dengan sebutan alo-alo, sejenis kerang atau kepah. Dengan datangnya musim alo-alo ini, mereka berharap bisa bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas telah dimulai sejak pagi hari, di mana ibu-ibu mulai pergi ke pinggiran pantai untuk mencari alo-alo, dengan membawa tangguh<\/em> (semacam alat penangkap) yang dibuat dari bahan jaring dan besi. Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ibu-ibu tak menyurutkan semangat mereka untuk mencari rupiah demi anak-anak dan keluarganya. Sesampainya di pinggir pantai, mereka mulai mencari alo-alo satu demi satu dan dikumpulkan di dalam karung. Ibu-ibu harus mencari alo-alo di saat air laut sedang surut dan apabila air pasang, mereka harus segera pulang.<\/p>\n\n\n\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Di samping itu, pendampingan dan pengasuhan anak-anak selama belajar di rumah juga menimbulkan beban ganda, khususnya bagi perempuan sebagai ibu yang juga bekerja. Hilangnya mata pencaharian yang menjadi penyebab utama dari kesulitan ekonomi yang dialami perempuan, serta beban ganda yang tak terelakkan tentu semakin memosisikan perempuan di kondisi yang semakin rentan, termasuk para perempuan kepala keluarga yang bergabung di dalam komunitas Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Pada Agustus 2021 lalu, tepatnya di pesisir pantai Desa Guntung, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, sekelompok ibu-ibu mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sedang mereka alami. Rumah mereka yang terletak di sekitar pantai membuka mata mereka untuk mendapatkan sedikit rezeki dari sana. Menurut mereka, ada hasil laut di sekitar bibir pantai yang bisa menghasilkan uang, warga di situ menyebutnya dengan sebutan alo-alo, sejenis kerang atau kepah. Dengan datangnya musim alo-alo ini, mereka berharap bisa bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas telah dimulai sejak pagi hari, di mana ibu-ibu mulai pergi ke pinggiran pantai untuk mencari alo-alo, dengan membawa tangguh<\/em> (semacam alat penangkap) yang dibuat dari bahan jaring dan besi. Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ibu-ibu tak menyurutkan semangat mereka untuk mencari rupiah demi anak-anak dan keluarganya. Sesampainya di pinggir pantai, mereka mulai mencari alo-alo satu demi satu dan dikumpulkan di dalam karung. Ibu-ibu harus mencari alo-alo di saat air laut sedang surut dan apabila air pasang, mereka harus segera pulang.<\/p>\n\n\n\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n

Saat ini, hampir semua negara di dunia sedang dihadapkan dengan satu tantangan besar, yakni pandemi Covid-19. Hadirnya pandemi Covid-19 telah membawa dampak besar di berbagai sektor yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, baik itu di sektor kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Dari sisi ekonomi, adanya pandemi Covid-19 tentu semakin menyulitkan kondisi perempuan kepala keluarga (Pekka) dan perempuan pra-sejahtera karena usaha kecil yang mereka bangun harus berhenti beroperasi karena turunnya daya beli masyarakat, sehingga mereka terancam kehilangan mata pencaharian.<\/p>\n\n\n\n

Di samping itu, pendampingan dan pengasuhan anak-anak selama belajar di rumah juga menimbulkan beban ganda, khususnya bagi perempuan sebagai ibu yang juga bekerja. Hilangnya mata pencaharian yang menjadi penyebab utama dari kesulitan ekonomi yang dialami perempuan, serta beban ganda yang tak terelakkan tentu semakin memosisikan perempuan di kondisi yang semakin rentan, termasuk para perempuan kepala keluarga yang bergabung di dalam komunitas Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Pada Agustus 2021 lalu, tepatnya di pesisir pantai Desa Guntung, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, sekelompok ibu-ibu mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sedang mereka alami. Rumah mereka yang terletak di sekitar pantai membuka mata mereka untuk mendapatkan sedikit rezeki dari sana. Menurut mereka, ada hasil laut di sekitar bibir pantai yang bisa menghasilkan uang, warga di situ menyebutnya dengan sebutan alo-alo, sejenis kerang atau kepah. Dengan datangnya musim alo-alo ini, mereka berharap bisa bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas telah dimulai sejak pagi hari, di mana ibu-ibu mulai pergi ke pinggiran pantai untuk mencari alo-alo, dengan membawa tangguh<\/em> (semacam alat penangkap) yang dibuat dari bahan jaring dan besi. Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ibu-ibu tak menyurutkan semangat mereka untuk mencari rupiah demi anak-anak dan keluarganya. Sesampainya di pinggir pantai, mereka mulai mencari alo-alo satu demi satu dan dikumpulkan di dalam karung. Ibu-ibu harus mencari alo-alo di saat air laut sedang surut dan apabila air pasang, mereka harus segera pulang.<\/p>\n\n\n\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
\n
\\\"\\\"
Ibu-ibu yang Bersiap Mencari Alo-alo di Pinggir Pantai<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Saat ini, hampir semua negara di dunia sedang dihadapkan dengan satu tantangan besar, yakni pandemi Covid-19. Hadirnya pandemi Covid-19 telah membawa dampak besar di berbagai sektor yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, baik itu di sektor kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Dari sisi ekonomi, adanya pandemi Covid-19 tentu semakin menyulitkan kondisi perempuan kepala keluarga (Pekka) dan perempuan pra-sejahtera karena usaha kecil yang mereka bangun harus berhenti beroperasi karena turunnya daya beli masyarakat, sehingga mereka terancam kehilangan mata pencaharian.<\/p>\n\n\n\n

Di samping itu, pendampingan dan pengasuhan anak-anak selama belajar di rumah juga menimbulkan beban ganda, khususnya bagi perempuan sebagai ibu yang juga bekerja. Hilangnya mata pencaharian yang menjadi penyebab utama dari kesulitan ekonomi yang dialami perempuan, serta beban ganda yang tak terelakkan tentu semakin memosisikan perempuan di kondisi yang semakin rentan, termasuk para perempuan kepala keluarga yang bergabung di dalam komunitas Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Pada Agustus 2021 lalu, tepatnya di pesisir pantai Desa Guntung, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, sekelompok ibu-ibu mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan ekonomi yang sedang mereka alami. Rumah mereka yang terletak di sekitar pantai membuka mata mereka untuk mendapatkan sedikit rezeki dari sana. Menurut mereka, ada hasil laut di sekitar bibir pantai yang bisa menghasilkan uang, warga di situ menyebutnya dengan sebutan alo-alo, sejenis kerang atau kepah. Dengan datangnya musim alo-alo ini, mereka berharap bisa bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas telah dimulai sejak pagi hari, di mana ibu-ibu mulai pergi ke pinggiran pantai untuk mencari alo-alo, dengan membawa tangguh<\/em> (semacam alat penangkap) yang dibuat dari bahan jaring dan besi. Jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah ibu-ibu tak menyurutkan semangat mereka untuk mencari rupiah demi anak-anak dan keluarganya. Sesampainya di pinggir pantai, mereka mulai mencari alo-alo satu demi satu dan dikumpulkan di dalam karung. Ibu-ibu harus mencari alo-alo di saat air laut sedang surut dan apabila air pasang, mereka harus segera pulang.<\/p>\n\n\n\n

Dari hasil mencari alo-alo, ibu-ibu bisa menjualnya dengan harga Rp5.000,- per kilogramnya. Setiap hari, mereka bisa mendapat sekitar 10 kilogram aloa-alo. Selama musim alo-alo, mereka bisa tersenyum bangga karena bisa membantu perekonomian keluarga, khususnya di masa pandemi yang sulit seperti saat ini. Harapan terbesar mereka saat ini hanyalah semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu agar aktivitas sehari-hari dan sektor perekonomian dapat segera pulih kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis : Siti Nuriah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Editor : Nur Aisyah<\/strong><\/p>\n","post_title":"Pinggiran Pantai Memberi Jawaban untuk Masalah Ekonomi Keluarga di Masa Pendemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-21 04:06:46","post_modified_gmt":"2022-06-21 04:06:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pinggiran-pantai-memberi-jawaban-untuk-masalah-ekonomi-keluarga-di-masa-pendemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2031,"post_author":"4","post_date":"2022-06-20 02:52:51","post_date_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil Produksi Bawang Goreng Brebes<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan tentu membawa dampak yang berkepanjangan pula bagi masyarakat, terutama pada aspek perekonomian. Seluruh masyarakat wajib menaati aturan protokol kesehatan yang dibuat oleh pemerintah guna menekan angka penyebaran virus Covid-19. Masyarakat dilarang pergi keluar rumah jika tidak untuk hal-hal mendesak, seperti membeli bahan makanan dan obat, atau pergi ke rumah sakit.<\/p>\n\n\n\n

Saya Wasri, sehari-hari, saya bekerja sebagai buruh tani. Dengan adanya pandemi dan aturan tersebut, saya pribadi tentu sangat terdampak. Saya yang biasanya selalu rutin ke sawah setiap hari, sekarang harus berdiam diri di rumah tanpa ada aktivitas apapun.Hal tersebut juga memengaruhi saya secara ekonomi. Jika saya tidak pergi ke sawah, maka saya tidak akan mendapatkan uang. Suami saya yang seorang penjahit rumahan juga merasakan hal yang sama. Penghasilan suami saya menjadi turun drastis, tidak seperti sebelum adanya pandemi. Padahal dulu sebelum pandemi, jasa jahit suami saya tidak pernah sepi dan pasti selalu ada konsumen yang datang untuk menjahit baju.<\/p>\n\n\n\n

Jujur saja, saya bingung harus melakukan apa di kala pandemi seperti ini agar tetap bisa bertahan hidup. Saya juga masih kaget dengan perubahan keseharian saya yang cukup drastis, yang biasanya saya ke sawah, sekarang hanya di rumah. Akhirnya, terlintas di pikiran saya untuk memulai usaha dengan bantuan dari salah satu anggota Pekka di kelompok saya agar saya tetap bisa produktif selama pandemi. Tepat pada awal Januari 2021 lalu, saya mulai mencoba untuk membuat bawang goreng dengan varian rasa manis, pedas, asin, dan original. Saya juga mulai mengeksplor cara pengemasan produk yang cantik. Saya mengemasnya dengan kantung mika dan saya beri label agar para calon pembeli tertarik dengan bawang goreng buatan saya.<\/p>\n\n\n\n

Awalnya, saya hanya menawarkan produk bawang goreng buatan saya ke teman-teman terdekat dan keluarga saya melalui WhatsApp<\/em>. Lalu, saudara dan teman-teman saya membantu untuk memasarkannya lewat Facebook<\/em>. Dalam waktu kurang dari satu bulan, banyak pesanan yang datang dan alhamdulillah <\/em>dapat menambah penghasilan saya dan keluarga. Bahkan, ada pembeli dari daerah lain juga yang memesan bawang goreng buatan saya, seperti dari Solo, Surabaya, Batang, dan Pekalongan.<\/p>\n\n\n\n

Saya ingin sekali usaha bawang goreng saya dapat lebih berkembang lagi, agar saya bisa mempunyai modal untuk membeli peralatan produksi, seperti timbangan makanan dan alat vacuum <\/em>agar produk bawang goreng saya bisa awet dan tahan lama. Saya percaya, bila ada kemauan pasti akan ada jalan. Semoga usaha bawang goreng saya ke depannya dapat semakin dikenal oleh masyarakat, agar semakin banyak pula jumlah pesanan yang diterima dan saya bisa memberdayakan perempuan-perempuan lain di sekitar saya agar tetap berkarya. Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan perekonomian kita dapat normal kembali.<\/p>\n\n\n\n

Penulis: Wasri<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Usaha Bawang Goreng, Solusi Ekonomi Masa Pandemi","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-20 02:52:51","post_modified_gmt":"2022-06-20 02:52:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/usaha-bawang-goreng-solusi-ekonomi-masa-pandemi\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":2020,"post_author":"4","post_date":"2022-06-14 07:48:11","post_date_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content":"\n

\\\"\\\"
Hasil dari Pelatihan Pembuatan Ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan<\/figcaption><\/figure>\n\n\n\n

Sabtu, 25 September 2021 telah diadakan pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas yang diikuti oleh 20 orang anggota tim PKK Desa Pasinggangan. Seperti biasa, acara dibuka dengan pembacaan doa oleh Ibu Unang selaku Kepala Urusan (Kaur) Desa Pasinggangan. Sebelum masuk ke materi inti, kami terlebih dahulu dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok merah, kelompok oranye, dan kelompok kuning. Kemudian, acara dilanjutkan dengan penjelasan materi pembuatan ecoprint <\/em>oleh Ibu Sri selaku narasumber.<\/p>\n\n\n\n

Pada pemaparan materi terkait ecoprint<\/em>, Ibu Sri menjelaskan bahwa ecoprint<\/em> adalah teknik pewarnaan alam sekaligus pemberian motif daun dan bunga pada kain dengan memanfaatkan bahan alam seperti daun, ranting, buah, bunga, batang, kayu, dan semua bagian tumbuhan. Teknik ini mungkin sudah digunakan sejak lama oleh para leluhur kita di masa lampau, yang kemudian diwariskan kepada pembatik-pembatik yang menggunakan pewarna alam hingga saat ini, misalnya dengan menggunakan kayu dan daun-daunan seperti kayu secang, kayu tinggi, kayu mahoni, kayu nangka, dan lain-lain. Dengan mulai terbentuk dan meningkatnya kesadaran akan menjaga kelestarian alam, masyarakat mulai pelan-pelan kembali pada produk-produk yang lebih ramah lingkungan. Namun yang perlu dijadikan catatan, ecoprint <\/em>tidak dapat disebut sebagai batik karena ecoprint <\/em>tidak menggunakan malam untuk menutupi motif atau warna.<\/p>\n\n\n\n

Pelatihan pembuatan ecoprint<\/em> dimulai dengan mencuci kain yang nantinya akan digunakan untuk pewarnaan. Kemudian kain tersebut akan dimordan melalui proses mordanting<\/em> terlebih dahulu. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lapisan lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain, juga untuk memudahkan warna tumbuhan meresap ke dalam kain. Proses mordanting <\/em>dilakukan dengan mencampur larutan 30 gram bahan mordan dengan tiga liter air untuk kain ukuran 2x2 meter. Bahan mordan kemudian direbus supaya larut, lalu didiamkan terlebih dahulu sekitar 30 menit sebelum digunakan. Setelah 30 menit, kain dimasukkan ke dalam lautan mordan dan direndam selama satu jam. Kain juga dapat direndam semalaman jika ingin warna tumbuhannya lebih meresap lagi, sehingga pada pagi harinya, kain dapat dibilas dengan air bersih lalu dijemur dengan cara dibentangkan secara merata.<\/p>\n\n\n\n

Dengan adanya pandemi Covid-19 saat ini tidak menyurutkan semangat kami untuk mengikuti pelatihan dan kami semua sangat senang dengan ilmu baru tentang ecoprint<\/em> yang kami dapatkan dari Ibu Sri. Semoga kami, para anggota PKK yang juga anggota Pekka dapat menularkan ilmu ini sampai ke tingkat RW dan ke kelompok-kelompok kami, sehingga ilmu ini dapat bermanfaat bagi ibu-ibu lain. Kami juga berharap ilmu ini dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat menghasilkan karya yang berdaya jual di masa depan, yang nantinya juga akan membantu meningkatkan perekonomian kami. <\/p>\n\n\n\n

Penulis: Sutiyem<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n","post_title":"Pelatihan Pembuatan Ecoprint di Desa Pasinggangan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-06-14 07:48:11","post_modified_gmt":"2022-06-14 07:48:11","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/pelatihan-pembuatan-ecoprint-di-desa-pasinggangan\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1501,"post_author":"4","post_date":"2022-01-21 06:47:30","post_date_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content":"\n

Suatu malam ketika aku duduk di depan komputer mencoba berfikir bagaimana mengembangkan strategi yang tepat untuk pengembangan Pekka di Malifut dan Kao. Cukup stress memang. Karena selama ini perkembangan pekka diwilayah ini mengalami kemunduran, semangat dan motivasi pekka sudah kendor, keyakinan untuk menggapai mimpi semakin jauh diawang-awang. Kemudian aku mulai membuka data-data pekka dan melihat pekerjaan pekka, aku tersadar \u201cbetapa bodohnya saya\u201d selama ini, dalam data pekerjaan pekka hampir 90 % pertanian, mengapa tidak memulai dari apa\u00a0\u00a0 yang mereka miliki\u201d,\u00a0 dengan tidak mengubah kebiasaan-kebiasaan mereka tetapi meningkatkan mutu dan kinerja yang lebih professional.<\/p>\n\n\n\n

Untuk memulainya kami ajak pekka untuk melihat potensi yang dimiliki, mereka memiliki pekarangan, maka kami mencoba memanfaatkan pekarangan dulu sebagai uji coba apakah berhasil ataukah tidak?<\/p>\n\n\n\n

Sebagai percontohan kami ambil kelompok Sukamaju karena dinilai kelompok tersebut sebagian besar anggotanya usaha perkebunan, sehingga memiliki ketrampilan dan suka dengan kegiatan pertanian, dan kelompok tersebut telah tumbuh kesadaran untuk melakukan perubahan<\/p>\n\n\n\n

Kegiatan dimulai dengan membentuk kelompok tani khusus pemanfaatan pekarangan. Kemudian dibentuk  pengurus, sumber dana untuk pengembangan pertanian, jenis tanaman yang akan ditanam, membuat jadwal pembersihan lahan, dan bagian yang melakukan pemasaran.<\/p>\n\n\n\n

Setelah perencanaan selesai dan clear, kamipun mulai menanam pekarangan dengan tanaman kangkung, orang mulai berdecak kagum melihatnya, hanya dalam waktu 25 hari kangkung sudah dapat  di panen. Pembelipun berdatangan sendiri,  bahkan kadang belum sampai harinya sudah dibeli dalam jumlah banyak. Hanya dalam 3 kali panen sudah dapat mengembalikan modal yang dipinjam dari simpanan swadaya kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Semangat anggota mulai tumbuh, seakan-akan baru mendapat suntikan dana segar. Anggota yang semula tidak tertarik bersemangat ikut memasarkan kangkung di pasar, yang kemudian hasilnya disetorkan ke bendahara pertanian. Makin lama makin berkembang, tidak hanya kangkung yang ditanam ditambah dengan tanaman lain yaitu caisin atau selada yang usia tanam tidak sampai sebulan sudah dapat dipanen. Kebanyakan masyarakat setempat langsung membeli di kebun dan sisanya dibawa ke pasar.<\/p>\n\n\n\n

Untuk menularkan energi positif semangat dan memotivasi kelompok untuk mengembangkan kelompoknya, karena kebiasaan penduduk setempat mau melakukan sesuatu jika sudah ada contoh dan berhasil, maka pertemuan LKM diadakan di kelompok Sukamaju<\/p>\n\n\n\n

Pekka pun tidak saja hanya diajarkan menanam sayur, tapi juga disadarkan tentang manfaat sayur bagi kesehatan tubuh, sehingga ibu-ibu Pekka dan keluarganya makan makanan yang bervitamin sehingga tetap cantik dan bermangat he.....he..<\/p>\n\n\n\n

Perkembangan selanjutnya, jika kita jalan-jalan di Malifut tahukah apa yang terjadi setelah keberhasilan pemanfaatan pekarangan di kelompok sukamaju? kalau berkunjung ke Kecamatan Malifut akan terlihat banyak pekarangan yang tidak dibiarkan kosong begitu saja, kebun kangkung membanjir di Kecamatan Malifut harga kangkung pun jatuh bahkan tidak laku dijual di pasar, kemudian kami mulai memberikan pandangan ke pada masyarakat, melalui ibu-ibu Pekka  yang jualan di pasar untuk menyampaikan ke petani agar menanam sayuran yang beragam supaya harga tetap stabil.<\/p>\n\n\n\n

Setelah kelompok sukamaju berhasil  kelompok Makaeling mengikuti mengembangkan usaha pertanian tidak saja sayur mayur  juga tanaman lain seperti jagung.<\/p>\n\n\n\n

Maka dengan metode pengorganisasian dengan memulai sesuatu dari yang sederhana, dari yang mereka bisa, dengan menunjukkan hasil yang nyata maka pengorganisasian Pekka di Malifut berjalan tidak hanya dengan teori tapi dengan praktek. Yang perlu dilakukan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan ide-ide baru agar tetap semangat....................<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Sederhana, yang Kita Bisa, dan Contoh Nyata","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-21 06:47:30","post_modified_gmt":"2022-01-21 06:47:30","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/mulai-dari-yang-sederhana-yang-kita-bisa-dan-contoh-nyata\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1954,"post_author":"4","post_date":"2022-01-13 10:14:14","post_date_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content":"\n

Bulan Oktober lalu, tepatnya tanggal 28 Oktober 2021 telah dilaksanakan kegiatan Gerakan Kantung Hitam di Kampung Pabuaran, Desa Klebet, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang. Tujuan dilaksanannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan. Selain itu dengan adanya gerakan ini, nantinya masyarakat diharapkan dapat mengelola sampah agar mereka bisa memperoleh manfaat dari sampah, serta paham akan bahaya sampah bagi lingkungan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa beserta stafnya, kami, beberapa kader Pekka sebagai perwakilan pihak Pekka, serta beberapa orang perwakilan warga setempat. Hadirnya Kepala Desa dan stafnya pada kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dukungan dari Pemerintah Desa terhadap kegiatan Gerakan Kantung Hitam. Namun sayangnya, meskipun kegiatan ini telah dihadiri oleh Kepala Desa dan stafnya, warga yang mengikuti kegiatan ini masih sedikit. Padahal warga sudah diminta berkumpul untuk menghadiri kegiatan ini melalui pengeras suara di masjid. Banyak yang beralasan kalau mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, seperti mengurus sawah, kerja di pabrik, dan lain sebagainya.<\/p>\n\n\n\n

Sedikitnya warga yang hadir tak menyurutkan semangat kami untuk tetap melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik mungkin. Rencananya, setelah kegiatan Gerakan Kantung Hitam selesai, akan dilanjutkan dengan acara Diskusi Kampung (Diskam). Sebelum kegiatan dimulai, Ibu Nani Suryani, perwakilan kader Pekka menyampaikan maksud dan tujuan dari diadakannya kegiatan Gerakan Kantung Hitam ini kepada Kepala Desa beserta stafnya. Kemudian kami pun bergegas untuk memulai kegiatan. Kami membawa peralatan untuk bersih-bersih desa dan tidak lupa pula kami membawa kantung hitam sebagai alat untuk mengangkut sampah. Kegiatan ini kami mulai dengan menyapu jalan raya yang tertutup dengan dedaunan kering, setelah disapu bersih, sampah daun tersebut dibawa ke kebun milik salah satu warga untuk dibakar. Selanjutnya, kami melanjutkan dengan bebersih Center Pekka yang menjadi tempat kami berkumpul dan melaksanakan berbagai acara. Lalu, kami melanjutkan kegiatan bersih-bersih di kebun yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) yang terletak di samping Center Pekka. Hari semakin gelap karena mendung, gerimis pun mulai turun, kami bergegas untuk berkumpul kembali di Center Pekka untuk berpamitan ke satu sama lain, lalu pulang ke rumah masing-masing.<\/p>\n\n\n\n

Kontributor: Yayah Rohayah, kader Pekka Kab. Tangerang<\/p>\n\n\n\n

Editor: Capella Latief<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n","post_title":"Gerakan Kantong Hitam","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"gerakan-kantong-hitam","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2022-01-13 10:14:14","post_modified_gmt":"2022-01-13 10:14:14","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"https:\/\/federasipekka.or.id\/gerakan-kantong-hitam\/","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":3},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 3 of 9 1 2 3 4 9
Page 3 of 9 1 2 3 4 9