\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi. <\/p>\n\n\n\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Fika terduduk lesu, tak pernah membayangkan bahwa dia akan mengalami hal itu. Pihak rumah sakit meminta mereka segera pulang dan mengemasi pakaian bersiap melakukan isolasi ke Rumah Sakit Bari Palembang. Fika dan suami berusaha tegar dan bersemangat untuk sembuh, mereka pulang menyiapkan segala kebutuhan, karena tak ingin membuat keluarganya kawatir, mereka meminta izin pergi ke Jambi. Mereka menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun ke ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fika, setelah siap mereka langsung berangkat menuju rumah sakit Bari Palembang tanpa satupun anggota keluarga yang tahu tentang kodisi dan vonis Covid yang menimpa mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi. <\/p>\n\n\n\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Sebelumnya Fika dan suami ada riwayat pergi ke Kota Pagar Alam untuk membeli bahan dagangannya, akhirnya merekapun memutuskan untuk ke rumah sakit. Pukul 09.15 mereka langsung berangkat ke Tanjung Senai dengan membawa surat rujukan dari puskesmas. Setibanya di rumah sakit Tanjung Senai mereka kembali dicek suhu tubuhnya dan hasilnya suhu tubuh mereka masih tinggi mencapai 38 derajat, kemudian pihak rumah sakit melanjutkan dengan tes swab antigen, setelah menunggu kurang lebih satu jam pihak rumah sakit memberi hasil tes bahwa mereka berdua positif Covid-19. <\/p>\n\n\n\n

Fika terduduk lesu, tak pernah membayangkan bahwa dia akan mengalami hal itu. Pihak rumah sakit meminta mereka segera pulang dan mengemasi pakaian bersiap melakukan isolasi ke Rumah Sakit Bari Palembang. Fika dan suami berusaha tegar dan bersemangat untuk sembuh, mereka pulang menyiapkan segala kebutuhan, karena tak ingin membuat keluarganya kawatir, mereka meminta izin pergi ke Jambi. Mereka menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun ke ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fika, setelah siap mereka langsung berangkat menuju rumah sakit Bari Palembang tanpa satupun anggota keluarga yang tahu tentang kodisi dan vonis Covid yang menimpa mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi. <\/p>\n\n\n\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n

Setelah diperiksa ternyata Fika sedang hamil anak ketiga, suka-cita menyelimuti Fika dan keluarga setelah mengetahui hal tersebut, karena kondisinya yang lemah pagi itu tanggal 20 Januari 2021, Fika dan suami memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Tanjung Raja. Keduanya sedang dalam kondisi demam, karena suhu tubuh mereka tinggi, pihak puskesmas merujuk keduanya ke rumah sakit Tanjung Senai untuk pemeriksaan lebih lanjut dan di rumah sakit Tanjung Senai mereka menjalani tes swab untuk memastikan terinfeksi Covid atau tidak. <\/p>\n\n\n\n

Sebelumnya Fika dan suami ada riwayat pergi ke Kota Pagar Alam untuk membeli bahan dagangannya, akhirnya merekapun memutuskan untuk ke rumah sakit. Pukul 09.15 mereka langsung berangkat ke Tanjung Senai dengan membawa surat rujukan dari puskesmas. Setibanya di rumah sakit Tanjung Senai mereka kembali dicek suhu tubuhnya dan hasilnya suhu tubuh mereka masih tinggi mencapai 38 derajat, kemudian pihak rumah sakit melanjutkan dengan tes swab antigen, setelah menunggu kurang lebih satu jam pihak rumah sakit memberi hasil tes bahwa mereka berdua positif Covid-19. <\/p>\n\n\n\n

Fika terduduk lesu, tak pernah membayangkan bahwa dia akan mengalami hal itu. Pihak rumah sakit meminta mereka segera pulang dan mengemasi pakaian bersiap melakukan isolasi ke Rumah Sakit Bari Palembang. Fika dan suami berusaha tegar dan bersemangat untuk sembuh, mereka pulang menyiapkan segala kebutuhan, karena tak ingin membuat keluarganya kawatir, mereka meminta izin pergi ke Jambi. Mereka menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun ke ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fika, setelah siap mereka langsung berangkat menuju rumah sakit Bari Palembang tanpa satupun anggota keluarga yang tahu tentang kodisi dan vonis Covid yang menimpa mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi. <\/p>\n\n\n\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
\n


Sudah satu minggu Fika Sari anggota Serikat Pekka Kabupaten Ogan Ilir merasa tak enak badan, dia mengeluhkan bahwa sedang tidak nafsu makan dan mual-mual, saya menyarankan agar Fika pergi ke bidan dan memeriksa kondisi kesehatannya.<\/p>\n\n\n\n

Setelah diperiksa ternyata Fika sedang hamil anak ketiga, suka-cita menyelimuti Fika dan keluarga setelah mengetahui hal tersebut, karena kondisinya yang lemah pagi itu tanggal 20 Januari 2021, Fika dan suami memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Tanjung Raja. Keduanya sedang dalam kondisi demam, karena suhu tubuh mereka tinggi, pihak puskesmas merujuk keduanya ke rumah sakit Tanjung Senai untuk pemeriksaan lebih lanjut dan di rumah sakit Tanjung Senai mereka menjalani tes swab untuk memastikan terinfeksi Covid atau tidak. <\/p>\n\n\n\n

Sebelumnya Fika dan suami ada riwayat pergi ke Kota Pagar Alam untuk membeli bahan dagangannya, akhirnya merekapun memutuskan untuk ke rumah sakit. Pukul 09.15 mereka langsung berangkat ke Tanjung Senai dengan membawa surat rujukan dari puskesmas. Setibanya di rumah sakit Tanjung Senai mereka kembali dicek suhu tubuhnya dan hasilnya suhu tubuh mereka masih tinggi mencapai 38 derajat, kemudian pihak rumah sakit melanjutkan dengan tes swab antigen, setelah menunggu kurang lebih satu jam pihak rumah sakit memberi hasil tes bahwa mereka berdua positif Covid-19. <\/p>\n\n\n\n

Fika terduduk lesu, tak pernah membayangkan bahwa dia akan mengalami hal itu. Pihak rumah sakit meminta mereka segera pulang dan mengemasi pakaian bersiap melakukan isolasi ke Rumah Sakit Bari Palembang. Fika dan suami berusaha tegar dan bersemangat untuk sembuh, mereka pulang menyiapkan segala kebutuhan, karena tak ingin membuat keluarganya kawatir, mereka meminta izin pergi ke Jambi. Mereka menitipkan anaknya yang berumur 9 tahun ke ibunya yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Fika, setelah siap mereka langsung berangkat menuju rumah sakit Bari Palembang tanpa satupun anggota keluarga yang tahu tentang kodisi dan vonis Covid yang menimpa mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya, Fika mendapat telpon dari ibunya bahwa semua orang membicarakan Fika dan suaminya terkena virus corona dan warga kampung meminta ibu dan anak anak Fika untuk tidak keluar rumah dan menjalani isolasi mandiri di rumah mereka. Ibunya syok mendengar omongan orang tentang anak dan menantunya, dan mengkonfirmasi ke Fika apa yang sebenarnya terjadi. <\/p>\n\n\n\n

Sambil menangis Fika menceritakan kepada ibunya bahwa dia dan suami sedang melakukan isolasi di Rumah sakit Bari Palembang. Ia sengaja tidak memberi tahukan kondisinya kepada keluarga karena tidak ingin membuat keluarga khawatir ditambah kondisi ibunya yang sakit diabetes, Fika tidak mau kondisinya mempengaruhi kesehatan Ibunya. <\/p>\n\n\n\n

Namun apalah daya ternyata berita itu cepat tersebar, karena ternyata perawat di rumah sakit Tanjung Senai ada yang pulang ke Desa Penyandingan, dari situlah semua duka itu bermula. Sejak Fika dan suami menjalani isolasi, warga desa terus mengusik keluarga Fika, mulai dari ibunya yang tidak boleh keluar, anak perempuanya yang baru saja menikah tidak boleh lagi berjualan keliling di sekitar kampungnya, bahkan anaknya yang berumur 9 tahun bernama Arya tak luput dari perundungan. Arya diejek sebagai anak corona bahkan tidak diperbolehkan bermain bersama teman-temannya dengan alasan takut tertular virus. <\/p>\n\n\n\n

Sebagai teman sekaligus kader Pekka yang mengetahui hal ini, saya berusaha membantu menyemangati Fika untuk selalu berfikir positif, bersabar melewati semua ini dengan tenang dan ikhlas, mungkin ini ujian dari Allah untuk Fika dan keluarga. Akhirnya setelah 14 hari melakukan isolasi di Rumah Sakit Bari Palembang, alhamdulillah tepatnya tanggal 2 Februari 2021 setelah 3 kali melakukan tes swab akhirnya mereka dinyatakan negatif Covid-19 dan bisa pulang. <\/p>\n\n\n\n

Mereka disambut haru oleh keluarga, dan hari ini saat saya berkunjung ke rumahnya. Mereka bercerita banyak tentang pengalaman mereka selama isolasi, dan bagaimana keluarganya harus menerima semua kejadian yang kurang menyenangkan dari masyarakat sekitar dan berharap kejadian yang menimpa mereka jangan sampai terjadi pada orang lain. Fika juga menyarankan agar selalu menjalani pola hidup sehat dan terus berpikir positif.<\/p>\n\n\n\n

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi buat sahabat Pekka, menghindari melakukan hal-hal yang tidak baik yang bisa membuat seseorang yang terkena suatu musibah makin terpuruk, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini, seseorang yang sedang mengalami sakit sudah sangat tidak nyaman akan kondisi dirinya ditambah dengan bully-an yang terjadi di sekitar, semoga kita bisa lebih bijaksana dalam berucap dan bertindak karena Covid-19 bukan penyakit yang harus ditakuti, tapi justru sesuatu yang harus kita ketahui agar kita bisa mengatasinya dan menyembuhkannya dan jika menjalani protokol kesehatan yang baik dan benar maka bisa membuat kita terhindar dari virus tersebut. Tetap Semangat menjalani hidup.<\/p>\n\n\n\n

Endang Estaurina (JWP Serikat Pekka Ogan Ilir)<\/p>\n","post_title":"Duka Dibalik Vonis Corona","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"duka-dibalik-vonis-corona","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-11 06:56:48","post_modified_gmt":"2021-02-11 06:56:48","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1630","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1606,"post_author":"4","post_date":"2021-02-02 05:44:19","post_date_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content":"\n

\"Akhirnya saya bisa memiliki kapal motor sendiri untuk mengembangkan usaha rumput laut saya. Kegiatan simpan pinjam di Pekka memungkinkan saya meminjam untuk membeli kapal motor ini. Baru pertama kali janda seperti saya mampu memiliki kapal motor sendiri di wilayah ini,\u201d kata Wa Ode Sahana, Sultra)<\/p>\n\n\n\n

Wa Ode Sahana masih dalam keadaan berduka karena suaminya terbunuh dalam konflik bersenjata di Maluku tahun 1999 yang lalu. Dia dan anaknya kemudian mengungsi ke Buton, di Sulawesi Tenggara, yang sebetulnya tanah kelahirannya. Di sinilah Sahana kemudian bergabung dengan kelompok Pekka yang dikembangkan di wilayahnya pada tahun 2002.<\/p>\n\n\n\n

Sahana bekerja bertanam rumput laut untuk menghidupi keluarganya. Dia harus ke tengah laut agar rumput lautnya dapat tumbuh lebih baik. Sebelum membeli kapal motor, Sahana biasanya menggunakan perahu kecil yang didayung untuk mencapai tempatnya menanam rumput laut dan membawa hasil panennya ke pantai.<\/p>\n\n\n\n

Tahun 2004, Sahana memutuskan untuk meminjam modal usaha dari kelompok Pekka sebesar Rp.6,000,000. Pinjaman ini dipergunakannya untuk membeli kapal motor sehingga dia bisa lebih cepat menjangkau tengah laut dan membawa hasil panen rumput lautnya dengan lebih leluasa. Dalam waktu satu tahun, Sahana telah mampu membayar cicilan pinjaman di kelompok simpan pinjam Pekka.<\/p>\n\n\n\n

\u201cSaya tak pernah membayangkan bisa memiliki kapal motor, rasanya seperti mimpi saja\u201d begitu ucapnya. Memang biasanya hanya laki-lakilah yang memiliki kapal motor besar di kampungnya itu. Pendapatannya meningkat tiga kali lipat dibanding sebelumnya, dan dia telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan miskin di wilayahnya untuk menggapai mimpinya.<\/p>\n","post_title":"Bisa Memiliki Kapal Motor Melalui Simpan Pinjam di Pekka","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"bisa-memiliki-kapal-motor-melalui-simpan-pinjam-di-pekka","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-02-02 05:44:19","post_modified_gmt":"2021-02-02 05:44:19","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1606","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1602,"post_author":"4","post_date":"2021-01-28 06:56:22","post_date_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content":"\n

Selama pendataan saya akhirnya tahu betapa mulianya para perempuan yang cerai dalam menghidupi anak-anaknya dan juga cerita dari anaknya yang melihat ibunya yang bersusah payah mendidik, menyekolahkan, mencari biaya untuk pendidikannya. Anaknya berharap bisa membahagiakan ibunya dikala besar nanti. Dan selalu berdoa untuk kebagaiaan ibu dan adik adiknya.<\/p>\n\n\n\n

Berawal dari keikutsertaan saya dalam kegiatan zoom meeting Pelatihan Peningkatan Paralegal Komunitas Pekka dalam Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian yang dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 Desember 2020 jam 08.30 wib s\/d 15.30 WIB.<\/p>\n\n\n\n

Kami bertiga mentor Pendidikan Paralegal dari Serikat Pekka kota Pekalongan diberi tugas sebagai enumenator di wilayah kelurahan masing-masing. Kebetulan saya Mustafidah dari kelurahan Setono maka saya harus mendata di wilayah Setono, yang terdiri dari dusun Setono, dusun Dekoro, dusun Srontaan, dusun Karang Sari dan dusun Karang Malang.<\/p>\n\n\n\n

Tugas saya kali ini untuk melakukan Pendataan pada 10 orang narasumber Isu Dispensasi atau Perkawinan anak dan 6 orang Narasumber mantan Istri Pascaperceraian.<\/p>\n\n\n\n

Pada hari Sabtu saya mulai mempersiapkan bahan bahan untuk wawancara. Diantaranya ngeprint file dan sekalian fotocopy .saya mengirim nya lewat WA pada petugas fotocopy, hari itu juga petugas fotocopy menghubungi saya, bahwa file yang saya kirim sudah diprint akan tetapi mohon ma'af bahwa sekeluarga mendadak keluar kota selama 3 hari. Ahirnya saya pun nunggu sampai hari Senin.<\/p>\n\n\n\n

Keesokan harinya saya pergi ke Kantor Kelurahan untuk menemui Bapak Kepala Kelurahan Setono Pekalongan Utara. Alhamdulillah bisa ketemu dan saya sampaikan tujuan kehadiran saya. Ternyata Pak Lurah belum mempunyai Lampiran Salinan Undang Undang RI nomor 16 Tahun 2019 dan juga Lampiran Salinan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019.<\/p>\n\n\n\n

Kebetulan sekali saya bawa Salinan tersebut, Ahirnya Pihak kelurahan memotocopy. Sepulang dari kantor saya melanjutkan pendataan tetapi semua narasumber yang saya datangi tidak ketemu karena sedang keluar terlihat pintu gerbangnya terkunci. Cuaca yang hujan membuat saya memutuskan jalan kaki untuk menemui narasumber yang lain. Akan tetapi narasumber tidak bisa dilakukan wawancara langsung karena ada keperluan keluarga yang tidak bisa ditunda katanya. Saya pun pulang.<\/p>\n\n\n\n

Saya sadar bahwa pendataan itu tidak bisa sekali jadi pasti memerlukan kesabaran dan memerlukan waktu yang panjang selalu pantang menyerah dan pasti berkali-kali door to door. Memasuki hari ketiga saya melanjutkan pendataan ke rumah RW Bp. Dzikron. Dalam cuaca yang hujan lebat, memang lebih enak untuk jalan kaki. Sesampainya disana, Pak RW yang profesinya sebagai guru ternyata sudah berangkat lebih awal dari biasanya.<\/p>\n\n\n\n

Kemudian saya pun pindah ke tempat lain yaitu ke rumah narasumber lain yaitu Guru Agama SMP Negeri, dan Alhamdulillah saya bisa bertemu beliau. Hujan belum juga reda tetapi saya terus jalan menuju ke kelurahan karena ada yang belum terselesaikan. Dari kelurahan saya menuju rumahnya Tokoh Agama yaitu Bp Drs. Ghozali, diterima dengan baik.<\/p>\n\n\n\n

Pendataan berikutnya sejak pagi hari hujan lebat saya memilih di rumah demi menjaga kesehatan mengingat tenaganya masih dibutuhkan karena pendataan belum usai. Hujan pun mulai reda menjadi gerimis rintik-rintik waktu pun berganti siang.<\/p>\n\n\n\n

Saya melanjutkan pendataan ke tokoh masyarakat. Lagi-lagi tidak bisa karena masih ada keperluan lain. Saya diberi waktu besoknya lagi. Kemudian saya mendatangi Tokoh masyarakat lainnya. Dalam hati saya bicara sendiri, seandainya narasumber yang saya temui bisa langsung wawancara akan lebih cepat selesai pendataannya, namun yang saya alami kenyataan beda, memang harus bolak-balik kunjungan.<\/p>\n\n\n\n

Dalam hati, saya terus menguatkan semangat saya bahwa enumenator harus sabar dan lapang dada, positive thinking. Selanjutnya di bagian harus mewawancarai mantan istri pasca perceraian. Berhubung yang didata adalah mantan istri pasca perceraian. Narasumber ada yang bersedia diwawancarai ada juga yang tidak mau diwawancarai . Ada juga yang tidak mau diwawancarai karena dilarang ibunya dan akta cerainya diminta ibunya. Tetapi setelah saya jelaskan diapun mau diwawancarai.<\/p>\n\n\n\n

Karena ada sebagian masyarakat menilai cerai itu aib, makanya tidak mau orang lain tahu, tetapi di sisi lain mantan istri itu pingin berbagi cerita pahit yang dideritanya yang selama ini terpendam. Dengan kehadiran saya akhirnya bisa mengurangi beban itu dan malah banyak yang berterima kasih. Hal itu membuat saya terharu.<\/p>\n\n\n\n

Sepulang mendata, sebelum beranjak tidur, kadang sayapun terharu dan menangis ketika narasumber yang saya data ada anak remajanya yang mendampingi ibunya .dan bercerita selama ditinggal bapaknya yang harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.<\/p>\n\n\n\n

Terimakasih Pekka yang sudah memberi kesempatan saya untuk kegiatan melakukan Survey Pendataan menjadi enumenator ini sehingga saya bisa belajar banyak dari pengalaman baik tokoh masyarakat maupun perempuan pasca perceraian. Dan saya merasa tambah pengetahuan.<\/p>\n\n\n\n

(Mustafidah, Kader Pekka Kota Pekalongan)<\/p>\n","post_title":"Pengalaman Pemantauan Pencegahan Perkawinan Anak dan Pemenuhan Hak Perempuan dan Anak Pascaperceraian","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengalaman-pemantauan-pencegahan-perkawinan-anak-dan-pemenuhan-hak-perempuan-dan-anak-pascaperceraian","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-28 06:56:22","post_modified_gmt":"2021-01-28 06:56:22","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1602","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1597,"post_author":"4","post_date":"2021-01-24 07:48:46","post_date_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content":"\n

Sepulang kami berkeliling ke kelompok, Ibu Nunik masih sempat membiarkan saya menunggu di ruang tamu rumahnya untuk membuatkan secangkir teh manis hangat. Selalu, beserta makanan-makanan kecil yang hampir tiap waktu ada di rumahnya.<\/p>\n\n\n\n

Nunik Harnani namanya,\u00a0 58 tahun umurnya, sudah sejak pekka berawal di kecamatan Pacet Cianjur terus aktif mengikuti berbagai kegiatan-kegiatannya. Awalnya ia penasaran, ingin tahu apa itu Pekka, karena kabar yang tersebar adalah kegiatan mengumpulkan janda-janda. Pak Lurah waktu itu yang memberi tahu, dan ketika pertama ia mengikuti pertemuan kelompok rasa penasaran itu terus ia kejar hingga sekarang katanya tak mungkin melepaskan lagi Pekka dari hidupnya. Dengan anggota dan pengurus-pengurus yang lain sudah ada rasa sayang, sudah kayak saudara sendiri Mba katanya sambil menatap saya sedikit tertawa.<\/p>\n\n\n\n

Apalagi tentang LKM, awalnya belum terbayang sama sekali. Bagaimana membayangkan ibu-ibu ini punya bank sendiri? Tanpa berpikir jauh ia hanya memikirkan untuk mengakses bantuan modal langsung untuk masyarakat pada tahun 2003, setelahnya ia bersama kelompok-kelompok bersepakat untuk mengakumulasikan dana BLM itu melalui kegiatan simpan pinjam. Mereka memutuskan LKM berdiri pada bulan oktober tahun 2004, agar modal yang ada terus berkembang dan kelompok tetap langgeng bisa memanfaatkan pinjaman-pinjaman lunak dari LKM untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau juga pinjaman modal skala kecil untuk mempertahankan atau mengembangkan usaha mereka.<\/p>\n\n\n\n

Keanggotaan LKM terdiri dari kelompok-kelompok Pekka. Kelompok pada waktu-waktu awal dibentuk ada 8  jumlahnya. Semuanya langsung memutuskan masuk menjadi anggota LKM Pekka Kencana. Dengan memberi nama Kencana harapan mereka adalah LKM ini akan terus bersinar dan dapat membantu anggota-anggotanya mencapai kehidupan yang lebih baik. Selain itu juga perwakilan-perwakilan kelompok memilihnya menjadi ketua LKM Pekka yang dibantu oleh Ibu Oting dan Ibu Euis sebagai pengurus.<\/p>\n\n\n\n

Cara untuk menjadi anggota adalah sesuai dengan apa yang mereka sepakati. Anggota kelompok adalah  Perempuan yang berperan sebagai kepala di keluarganya, yang menanggung ekonomi keluarga. Ia harus mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota, selain juga mengikuti kegiatan simpan pinjam dan menaati peraturan kelompok. Hal-hal yang berhubungan dengan keanggotaan diputuskan bersama dalam musyawarah kelompok oleh setiap anggotanya. Demikian pula halnya dengan memilih pengurus  maupun pengelola LKM, semua melalui musyawarah anggota kelompok atau LKM. Keputusannya biasanya diambil melalui proses pengambilan suara terbanyak atau voting atas calon-calon yang akan dipilih.<\/p>\n\n\n\n

Untuk kelompok baru yang ingin bergabung menjadi anggota, harus menjalani masa percobaan dulu selama 1-5 bulan sebelum akhirnya diputuskan boleh meminjam atau tidak. Sebelum dapat meminjam ke LKM anggotanya hanya dapat meminjam uang swadaya kelompok yang mereka kumpulkan bersama. Calon peminjam dinilai dulu apakah bisa dipercaya atau tidak, domisili anggota menetap atau tidak di desa tersebut. Setelah itu pengajuan pinjamannya diverifikasi lagi oleh oleh pengurus dan anggota yang lain. Pengurus bisa memberikan keputusan apakah pinjaman tersebut disetujui atau tidak dengan melakukan survey baik untuk pinjaman di tingkat kelompok maupun di tingkat LKM. Selanjutnya pinjaman anggota yang disetujui direkap menjadi usulan kelompok.<\/p>\n\n\n\n

Sejauh ini, peran LKM bagi pekka cukup banyak juga, diantaranya, meminjamkan uang, membuat forum komunikasi atau disebut juga Forum LKM dimana dalam forum tersebut dibicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan simpan pinjam atau lainnya yang berhubungan dengan LKM. Sebagai tempat menggulirkan uang, LKM juga sangat terasa manfaatnya untuk pekka, kredit kecil dengan jasa ringan yang nantinya dibagikan di anggotanya, LKM pekka menjadi lembaga keuangan yang terhitung sangat membantu pekka. Kesulitan memperoleh pinjaman lunak dengan syarat yang mudah untuk mengaksesnya menjadikan perputaran modal yang dimiliki oleh pekka terhitung cukup tinggi.<\/p>\n\n\n\n

Bagi anggotanya sendiri, kelompok-kelompok pekka, kegiatan LKM untuk memberikan bantuan pelatihan pembukuan sangat membantu. Pengecekan pembukuan setiap bulan terus memotivasi anggotanya dalam melakukan pembukuan dan administrasi di kelompoknya. Hal ini bukanlah mudah. Karena hampir semua anggotanya berpendidikan rendah dengan tingkat partisipasi dan kemampuan administrasi yang masih juga rendah. Namun seiring berjalannya waktu, pengurus-pengurus kelompok mulai terbiasa melakukan proses pencatatan dan juga membuka ruang komunikasi bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan dan pengambilan keputusan.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai sebuah Lembaga Keuangan Mikro yang baru berjalan LKM Pekka juga membuat beberapa program, diantaranya simpanan untuk kegiatan sosial dan asuransi. Beberapa masalah juga tentu ada didapati oleh LKM misalnya program asuransi yang juga dicoba dijalankan masih menemukan hambatan, asuransi susah berjalan karena sebagian anggota sudah tua2. Selain itu ada juga anggota yang minjam seenaknya, ada juga yang berbohong dengan statusnya yang bukan pekka, atau kasus Pendamping Lapang yang suka dipakai namanya untuk alasan meminjam.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai lembaga baru, masalah-masalah ini menjadi bahan pelajaran untuk lebih baik dalam pengelolaannya. Misalnya saja, sekarang ia menemukan beberapa cara agar anggota dapat mengembalikan pengembalian tepat waktu dari pengalaman mengelola pinjaman anggota. Juga dalam melakukan pengecekan calon anggota yang mengajukan pinjaman, ia sudah terbiasa membaca alasan yang diungkapkan untuk menentukan kredibilitas anggota.<\/p>\n\n\n\n

Sebagai pengurus LKM yang mengikuti perkembangannya dari awal, ada juga tentu pengalaman menarik yang dialami Ibu Nunik. Untuknya pengalaman yang mengesankan adalah pengalaman naik pesawat. Karena inilah pengalaman pertama dan ia mendapatkan kesempatan itu dalam salah satu kesempatan pelatihan di Jogyakarta.<\/p>\n\n\n\n

Banyaknya kegiatan yang diikuti dalam pekka membuat ia terkadang mengesampingkan usaha katering pribadinya apabila waktunya berbenturan dengan kegiatan pekka. Terutama untuk pesanan-pesanan dalam jumlah sedikit. Karena terbatasnya waktu dan banyaknya kegiatan. Karena ini menyangkut tanggung jawab sosial dan jumlah uang yang besar jadi lebih diprioritaskan olehnya. Walau tidak ada gaji. Karena memang sudah terlanjur sayang dan dekat dengan pekka sehingga ada rasa memiliki.<\/p>\n\n\n\n

Tantangan yang sekarang dirasakan adalah makin berkembangnya kelompok baik dari sisi kualitas organisasi dan kepemimpinan maupun jumlahnya. Kelompok yang awalnya berjumlah 8 kelompok sekarang  menjadi 18 kelompok. Ini menyebabkan mengatur alokasi pinjaman uang menjadi sulit karena modal yang ada jumlah kenaikannya modal swadaya tidak sebanding dengan banyaknya permintaan pinjaman. Sehingga untuk mengatur alokasi pinjaman uang, dilihat dulu mana yang paling membutuhkan. Jumlahnya diperkecil dan mengutamakan yang dianggap paling penting untuk diberi pinjaman. Lebih diutamakan pinjaman untuk usaha daripada untuk kebutuhan konsumtif.<\/p>\n\n\n\n

Selain itu menanggulangi kemacetan dan berusaha mendapatkan pengembalian tepat waktu tetap menjadi perhatian LKM.<\/p>\n\n\n\n

Dalam bayangan Bu Nunik, dalam beberapa tahun ke depan LKM dapat mempunyai kantor untuk kegiatannya, asuransi yang dijalankan dapat berkembang, dan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan untuk mengembangkan diri bisa terus berjalan. Bukan tidak mungkin juga LKM Pekka dapat menjadi bank yang besar dan berbadan hukum selain juga modalnya berkembang dengan mempunyai usaha yang besar untuk kemandiriannya.<\/p>\n","post_title":"Mulai dari yang Kecil, dan Melangkah Menuju Harapan","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"mulai-dari-yang-kecil-dan-melangkah-menuju-harapan","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-24 07:48:46","post_modified_gmt":"2021-01-24 07:48:46","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1597","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1565,"post_author":"4","post_date":"2021-01-14 02:55:59","post_date_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content":"\n

Saya Siti Salamah, (44), ibu dari 3 orang anak, menjadi anggota kelompok Pekka Sumber Rejeki semenjak\u00a0 Februari 2008 meski status saya bukan perempuan kepala keluarga. Waktu itu anggota Pekka tidak ada yang mau menulis pembukuan, sehingga mereka menunjuk saya untuk membantu mereka, saya bersedia karena senang bisa membantu tetangga sekalian bisa lebih tahu apa itu Pekka.<\/p>\n\n\n\n

Setelah menjadi anggota kelompok Pekka, banyak perubahan yang saya dapatkan. Perubahan yang paling saya rasakan adalah banyaknya ilmu yang saya dapatkan.<\/p>\n\n\n\n

Jika dikenang, sebelum menjadi anggota kelompok Pekka, saya hanya ibu rumah tangga yang setiap harinya hanya mengurus anak sambil bekerja memayet dengan upah sangat kecil. Waktu itu bahkan bagaimana caranya untuk mengganti KTP saya yang sudah kadaluwarsapun saya tidak tahu caranya.<\/p>\n\n\n\n

Saya tidak menyangka ternyata melalui PEKKA, saya banyak mendapat pengetahuan berlimpah, melalui pelatihan-pelatihan yang saya ikuti, melalui pertemuan-pertemuan di tingkat kelompok hingga Serikat Kabupaten bahkan Propinsi, bahan bacaan yang selalu disediakan oleh Pendamping Lapang. PEKKA melatih saya bukan hanya ilmu usaha dan ketrampilan namun juga hukum, pendidikan politik, pendidikan, kesehatan bahkan media rakyat.<\/p>\n\n\n\n

Seperti ungkapan dalam bahasa Jawa \u2018komplit welit gendheng seng\u2019 yang artinya sangat lengkap, di Pekka kami pernah studi banding ke peternakan ayam arab dan saya mempraktekkannya di rumah, Alhamdulillah mendapat keuntungan. Usaha ternak ini saya teruskan meski terkadang ganti-ganti, kini saya memelihara ayam pejantan. Paling tidak ternak ini lebih menghasilkan daripada menjadi buruh memayet baju.<\/p>\n\n\n\n

Kini saya bisa membantu lebih dari 30 orang warga kampung saya untuk bisa mendapat KTP, KK dan akte kelahiran. Bahkan kini saya bisa mengusulkan ke Kepala Desa dan dia menyambut baik niat saya untuk membuat pelayanan jemput bola dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil ke desa saya, desa Wringin Gintung. Dalam organisasi, sayapun tidak ingin Serikat Pekka begini-begini saja. Bersama kader lain saya mencoba \u2018babat alas\u2019 atau membuka Pekka di wilayah baru yaitu di kelurahan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Meski harus dikunjungi bolak-balik hingga lebih dari empat kali namun akhirnya saya berhasil membentuk kelompok baru di wilayah tersebut meski ijin resmi dari pemerintah kabupaten belum turun.<\/p>\n","post_title":"Pengetahuan Berlimpah Ruah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"pengetahuan-berlimpah-ruah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2021-01-14 02:55:59","post_modified_gmt":"2021-01-14 02:55:59","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1565","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":7},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};

Page 7 of 19 1 6 7 8 19
Page 7 of 19 1 6 7 8 19