Skip to content
\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAntrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSiang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAcara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDesa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nCerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nRahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nUntuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nNamanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nIa berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nNamun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nIa bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nBesarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nJanda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nIa dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nNamun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSetiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nIa harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nArruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nKontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nDengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nTerkadang ia menjual sayur hasil\nkebunnya ke pasar yang jauh dari rumah. Kadang kala jualan itu habis terjual,\nnamun ada kalanya juga masih ada yang sudah bahkan lebih banyak sisa daripada\nyang terjual. Tantangan, hambatan dan air mata terkadang dirasakannya. Tapi itu\nbukan menjadi suatu penghalang untuk tetap bangkit dari keterpurukannya, tegar,\nkuat, dan tetap semangat.<\/p>\n\n\n\n
Sophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\n\"Anakku harus tetap sekolah\ndan bisa capai cita-citanya, agar jangan seperti saya\" ucapnya saat\nditemui di rumahnya, Senin, 28 Oktober 2019.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang ia menjual sayur hasil\nkebunnya ke pasar yang jauh dari rumah. Kadang kala jualan itu habis terjual,\nnamun ada kalanya juga masih ada yang sudah bahkan lebih banyak sisa daripada\nyang terjual. Tantangan, hambatan dan air mata terkadang dirasakannya. Tapi itu\nbukan menjadi suatu penghalang untuk tetap bangkit dari keterpurukannya, tegar,\nkuat, dan tetap semangat.<\/p>\n\n\n\n
Sophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nTerkadang Ia harus membersihkan\nkebun, mengarap sawah walaupun itu adalah pekerjaan laki-laki tapi tak pernah\nia merasa lelah. Semangat yang tinggi selalu nampak demi anak-anaknya.<\/p>\n\n\n\n
\"Anakku harus tetap sekolah\ndan bisa capai cita-citanya, agar jangan seperti saya\" ucapnya saat\nditemui di rumahnya, Senin, 28 Oktober 2019.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang ia menjual sayur hasil\nkebunnya ke pasar yang jauh dari rumah. Kadang kala jualan itu habis terjual,\nnamun ada kalanya juga masih ada yang sudah bahkan lebih banyak sisa daripada\nyang terjual. Tantangan, hambatan dan air mata terkadang dirasakannya. Tapi itu\nbukan menjadi suatu penghalang untuk tetap bangkit dari keterpurukannya, tegar,\nkuat, dan tetap semangat.<\/p>\n\n\n\n
Sophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSaat berpisah dengan suaminya Ia\nharus menafkahi anak-anaknya seorang diri. Tak pernah mengenal lelah, setiap\nhari harus banting tulang bekerja, berkebun dan menggarap sawah seorang diri\ndemi melanjutkan hidup dan membiayai pendidikan anak-anaknya. Dengan harapan\nyang besar, kedua anaknya bisa sukses nantinya. Kedua anaknya masih duduk di\nbangku Sekolah dasar.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang Ia harus membersihkan\nkebun, mengarap sawah walaupun itu adalah pekerjaan laki-laki tapi tak pernah\nia merasa lelah. Semangat yang tinggi selalu nampak demi anak-anaknya.<\/p>\n\n\n\n
\"Anakku harus tetap sekolah\ndan bisa capai cita-citanya, agar jangan seperti saya\" ucapnya saat\nditemui di rumahnya, Senin, 28 Oktober 2019.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang ia menjual sayur hasil\nkebunnya ke pasar yang jauh dari rumah. Kadang kala jualan itu habis terjual,\nnamun ada kalanya juga masih ada yang sudah bahkan lebih banyak sisa daripada\nyang terjual. Tantangan, hambatan dan air mata terkadang dirasakannya. Tapi itu\nbukan menjadi suatu penghalang untuk tetap bangkit dari keterpurukannya, tegar,\nkuat, dan tetap semangat.<\/p>\n\n\n\n
Sophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};
\nSophia, seorang ibu rumah tangga\ntinggal di Dusun Pa'tampoan, Desa Balla Tumuka', Kac. Balla, Kab. Mamasa\nSulawesi Barat. Perempuan 60 tahun ini tinggal bersama dua anaknya. Ia\nditinggalkan pergi suaminya sejak tahun 2006.<\/p>\n\n\n\n
Saat berpisah dengan suaminya Ia\nharus menafkahi anak-anaknya seorang diri. Tak pernah mengenal lelah, setiap\nhari harus banting tulang bekerja, berkebun dan menggarap sawah seorang diri\ndemi melanjutkan hidup dan membiayai pendidikan anak-anaknya. Dengan harapan\nyang besar, kedua anaknya bisa sukses nantinya. Kedua anaknya masih duduk di\nbangku Sekolah dasar.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang Ia harus membersihkan\nkebun, mengarap sawah walaupun itu adalah pekerjaan laki-laki tapi tak pernah\nia merasa lelah. Semangat yang tinggi selalu nampak demi anak-anaknya.<\/p>\n\n\n\n
\"Anakku harus tetap sekolah\ndan bisa capai cita-citanya, agar jangan seperti saya\" ucapnya saat\nditemui di rumahnya, Senin, 28 Oktober 2019.<\/p>\n\n\n\n
Terkadang ia menjual sayur hasil\nkebunnya ke pasar yang jauh dari rumah. Kadang kala jualan itu habis terjual,\nnamun ada kalanya juga masih ada yang sudah bahkan lebih banyak sisa daripada\nyang terjual. Tantangan, hambatan dan air mata terkadang dirasakannya. Tapi itu\nbukan menjadi suatu penghalang untuk tetap bangkit dari keterpurukannya, tegar,\nkuat, dan tetap semangat.<\/p>\n\n\n\n
Sophia bergabung menjadi Anggota\nPekka sejak tahun 2016 di kelompok Pa'tampoan yang anggotanya 10 orang. Ia\nsangat senang bisa masuk di Pekka ,bisa membantu dan banyak manfaatnya, apalagi\nmenurutnya dengan simpan pinjam bisa membantu. Terkadang ia menyisihkan\nsebagian uang untuk dijadikan simpanan sukarela atau simpanan khusus yang\nsewaktu-waktu bisa Ia ambil bila ada keperluan mendesak.<\/p>\n\n\n\n
Sophia dan kedua anaknya juga\nbersyukur karena mereka punya Kartu BPJS PBI. Suatu ketika, Ia sempat dirawat\ndi Puskesmas karena sakit. Ia bersyukur dengan adanya BPJS tak lagi membayar\nbiaya pengobatan. Ia juga mendapatkan bantuan PKH dari Dinas sosial. <\/p>\n\n\n\n
Dengan bantuan Ini ia bisa\nmemenuhi segala kebutuhan anaknya seperti peralatan sekolah, seragam, dan\nkebutuhan lain yang diperlukan untuk sekolah. Ia mengucapkan banyak terima\nkepada pemerintah yang membantunya selama ini. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka\nMamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Semangatku Demi Anak","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"semangatku-demi-anak","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 10:08:51","post_modified_gmt":"2020-10-30 10:08:51","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1311","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1308,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:56:50","post_date_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content":"\nMenenun bagi masyarakat Mamasa,\nkhususnya bagi perempuan adalah hal sudah menjadi tradisi. Bisa dikatakan\nsebagian besar Perempuan di Mamasa khususnya daerah Balla dan Pebassian bisa\nmenenun.<\/p>\n\n\n\n
Arruan Lempan salah satunya. Ibu tiga anak ini tinggal di Desa Ballatumuka' Kec. Balla, Kab. Mamasa. Ia mengaku bisa\nmenenun sejak berusia 15 tahun. Ia belajar dari orangtuanya. Dari menenun, ia bisa memenuhi kebutuhan sendiri sampai sekarang. Apalagi sekarang suaminya tak bekerja sejak 4 tahun terakhir karena Sakit\nAsma\/Sesak Nafas.<\/p>\n\n\n\n
Ia harus membantu suaminya demi\nmemenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Memenuhi\nkebutuhan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMA dan SMP.<\/p>\n\n\n\n
Setiap ia menenun, kadang tenunan itu bisa\ndiselesaikan dalam satu Minggu. Setelah itu ia jual. Selain menenun, ia juga menjual sayur-sayuran di pasar setiap hari Senin. Kadang jualannya laku\nsemua, namun ada juga jaualan itu dibawa pulang ke rumah karena tak laku semua.<\/p>\n\n\n\n
Namun Ia tak pernah bersedih. Ia selalu berusaha.\"Ya itulah hidup kadang kita senang, kadang susah. Hari ini berhasil, besok tidak\nlagi. Tapi semuanya tetap harus disyukuri,\"tegasnya\nsaat ditemui di rumahnya, Sabtu, 30 November 2019.<\/p>\n\n\n\n
Ia dan anggota keluarganya sudah\npunya kartu BPJS PBI. Ia bersyukur punya Kartu BPJS, bila ia dan keluarganya sakit tak lagi membayar. Apalagi\nsuaminya yang pernah dirawat di rumah sakit. Dan bahkan\nberapa kali harus ke RS polewali untuk berobat. Dengan adanya\nkartu tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada pungutan biaya apapun. Terimakasih\nBPJS, terimakasi pemerintah. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Kisah Perempuan Penenun","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"kisah-perempuan-penenun","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:56:50","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:56:50","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1308","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1304,"post_author":"4","post_date":"2020-10-30 09:51:43","post_date_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content":"\nSonden, 55 tahun, seorang Pekka\nyang tinggal di Dusun Bamba Pongko', Desa Balla Tumuka' Kec. Balla, Kab.\nMamasa. Ia ditinggal cerai suaminya sejak 10 tahun lalu. Sekarang Ia tinggal\nbersama cucunya.<\/p>\n\n\n\n
Janda 4 orang anak ini,\nkesehariannya adalah Bertani,mencari upahan dan juga beternak babi.<\/p>\n\n\n\n
Besarnya upah yang didapat dalam\nsehari Rp.35.00 dari jam kerja 07:30 - 15.00.Upahan ini Ia dapat apabila musim\ntanam padi atau menanam Jagung.Bila bukan musim kerja sawah kadang Ia tak dapat\nUpahan.<\/p>\n\n\n\n
Ia bergabung di Pekka sejak tahun\n2016 dikelompokkan Pa'tampoan. Ia bersyukur masuk Pekka, bisa membantu dalam\nmemenuhi kebutuhan hidup lewat kegiatan simpan pinjam.<\/p>\n\n\n\n
Sayangnya, nenek Eno'pangillan\nsehari harinya dan juga cucunya belum punya kartu BPJS. Ia pernah menanyakan ke\npemerintah desa sekaitan dengan kartu BPJS tapi katanya agar tetap sabar Nanti\nada tahap ke 2. Sejak itu Ia tak pernah lagi menanyakan hal itu.<\/p>\n\n\n\n
\"Ada orang bilang buat BPJS\nmandiri yang di bayar saja, tapi kataku Untuk makan saja susah apalagi mau\ndibayar tiap bulan,\" katanya sambil tersenyum.<\/p>\n\n\n\n
Kadang Apabila Ia dan cucunya\nsakit, mereka tak pernah berobat ke Puskesmas ataupun Rumah sakit karena tidak\npunya kartu. Ia hanya mengambil ramuan ramuan dari tanaman sebagai obat. Dan\npuji syukur sakitnya bisa sembuh.<\/p>\n\n\n\n
Namun, terkadang yang menjadi\nkekhawatirannya apabila suatu saat, tiba-tiba ia sakit dan mengharuskan harus\ndirawat atau ditangani medis. Tak bisa sembuh lewat ramuan. Sedangkan ia tak\npunya kartu BPJS. Biaya pengobatan sekarang tak murah. Hal itulah yang\nterkadang menjadi kekhawatirannya.<\/p>\n\n\n\n
\"Bantuan dari pemerintah\ntidak pernah saya dapatkan,saya seorang yang tidak punya apa apa. Tapi saya\ntetap sabar,\" ucapnya lagi dengan Nada pelan (28\/11\/2019).<\/p>\n\n\n\n
Ia berharap pemerintah bisa\nmembantunya dengan membuat kan kartu BPJS PBI untuknya dan cucunya. Ia tak lagi\nkhawatir bila sakit selain dengan ramuan bisa juga berobat ke bidan atau rumah\nsakit. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Seniwati, kader Pekka Mamasa<\/strong><\/p>\n","post_title":"Berobat Dengan Ramuan Karena Belum Punya BPJS","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berobat-dengan-ramuan-karena-belum-punya-bpjs","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-30 09:51:43","post_modified_gmt":"2020-10-30 09:51:43","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1304","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1282,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:42:26","post_date_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content":"\nSenyum lebar dan bahagia terlihat\nbegitu jelas di wajahnya, seakan beban berat yang ada di pundaknya selama ini\nterselesaikan, ia memandang ke sekeliling, melihat rumah barunya yang telah\nberdiri tegak masih dengan tembok bata yang terlihat bersusun belum di lester dan tampakpula sisa - sisa semen yang berserakan belum sempat dia rapikan.<\/p>\n\n\n\n
Namanya, Aminah, lahir tahun 1957,\n15 tahun yang lalu ia menikah dengan seorang laki-laki yang telah menyandang\nstatus duda dengan 2 orang anak. Rumah tangganya bahagia sehingga maut\nmemisahkan ke duanya, 3 tahun yang lalu suaminya meninggal karena sakit. Sejak\nitulah cerita pilu hidupnya dimulai, anak tirinya mengusirnya dari rumah, ia\ntidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menerima takdir walau sempat ia melawan\ndengan menunjukkan surat - surat sebagai bukti kepemilikan rumah itu dari\nsuaminya. Tapi ia tetap kalah dan memaksa dirinya untuk keluar dari rumah\npeninggalan suaminya, beruntung masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan, dia menumpang di rumah tetangga\nyang telah bocor dan hanya beralaskan tanah.<\/p>\n\n\n\n
Untuk menyambung hidup\nsehari-harinya ia mulai membuat tape singkong, setelah tiga tahun dijalani\nsekarang ia sudah mulai memiliki pelanggan tetap, namun modal awal usaha pinjam dari renternir dengan bunga 20% yang dibayar\nsetiap hari, keuntungan yang diperoleh selalu habis untuk membayar bunga\npinjaman bahkan terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.<\/p>\n\n\n\n
Rahmat Allah ini datang dimulai\npada saat ia bergabung di kelompok Pekka \"Berkah\" pada tanggal 12\nJuli 2018. \" Penuh Syukur pada Allah yang telah mengabulkan doaku dan pada\nPekka tentunya karena dengan kehadiran Pekka aku bisa meminjam di koprasi\nkelompok untuk tambahan biaya membangun\nrumah ini, aku meminjam setelah 2 bulan\nmenabung simpanan wajib setiap minggunya sebesar Rp.10.000\/Minggu, aku sudah\nmeminjam sebanyak 5 kali dengan total Rp.8.000.000 dipotong provisi 1% dan jasa\nyang kubayar sebanyak 2% ringan kurasa daripada ku harus meminjam di renternir\nyang ada di sini dengan bunga 20%. Kehadiran Pekka di sini benar-benar\nmemberikan berkah bagiku setiap kali pinjaman ku angsur tiap minggu sebesar Rp.102.000 yang\nkusisihkan dari hasil julan tape singkongku. \nhal ini sangat membantu meringankan beban kehidupanku, pinjaman pertama\nkupakai untuk beli batu dan semen untuk pondasi kemudian pinjaman kedua buat\nbeli batu bata dan bahan lainnya,\nsedangkan pinjaman terakhir sebanyak Rp.3.000.000 kupakai untuk beli seng dan\natap. Berkat adanya kelompok Pekka membuatku sekarang bisa bernafas lega di\nusiaku yang tak lagi muda, karena hari ini aku bisa mulai tidur dengan nyenyak\ndi rumahku sendiri,\u201d tuturnya. <\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB <\/strong><\/p>\n","post_title":"Berkah Kudapatkan di Kelompok Pekka Berkah","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"berkah-kudapatkan-di-kelompok-pekka-berkah","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:42:26","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:42:26","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1282","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"},{"ID":1279,"post_author":"4","post_date":"2020-10-28 04:37:36","post_date_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content":"\nAngin berhembus damai, pagi dingin menusuk di musim\nkemarau tahun 2018, ketika kepala desa memanggil ku di kantor nya dan\nmemberitahukan satu hal yang teramat\nberharga dalam hidupku ,<\/p>\n\n\n\n
\"Lia, aku minta \nKTP dan identitas lain kamu , karena kamu akan aku angkat menjadi\npembantu ku di kantor ini \" ya\n,,, ! Aku, jadi staf pelayanan !,\nBahagia bercampur bangga menjadi satu di dalam dada ini, karena di setiap\nharinya aku sudah pasti berpakaian rapi\nke kantor desa, duduk di belakang meja komputer dan pasti nya punya penghasilan\ntetap. Kepala desa bilang lagi, \"Kamu mampu dan pantas di posisi ini\n\" aku merupakan satu satunya perempuan \ndari 23 laki \u2013 laki yang ada di\nkantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Cerita ini bermula ketika aku menjadi koordinator acara KLIK PEKKA (Klinik Layanan\nInformasi dan Konsultasi) perlindungan sosial dan hukum yang di laksanakan pada\ntanggal 17 Juli 2018 di desa Desa Saneo.<\/p>\n\n\n\n
Desa saneo adalah desa yang sepi berpenduduk\u00a0 \u00b14.000 jiwa, salah satu desa yang ada di ujung Utara kabupaten Dompu, dengan destinasi wisata air terjunnya yang terkenal indah dan tinggi , sehari - hari di musim kemarau tak ada aktivitas di sesa ini, kecuali pemandangan dimana setiap orang berselimut dengan sarung dan duduk melingkari perapian untuk menghangatkan tubuh, tapi pagi ini tanggal 17 juli 2018 suasana yang nampak tak lagi seperti itu, yang ku lihat adalah lalu lalang roda 2 yang berboncengan hingga 4 orang dalam 1 motor, semua nya menuju\u00a0 satu arah yaitu acara klik PEKKA di kantor desa Saneo. <\/p>\n\n\n\n
Setelah saya mengumumkan di mesjid tadi malam dengan bahasa mbojo ku \u201cAssalamualaikum, santabe mena ta, Mada Marlia ta ke, ne ' e mbei informasi Sato ' i ta, bahwa naisi aka kantor desa wara acara klik PEKKA, di ru ' u Ita ndoho Mada ntau KTP, KK, akte kelahiran, ma wa ' u Ra nikah pala Wati PO ntau na buku nikah, Mada wara BPJS, KIP atau ma masalah labo PKH , santabe ta Lao mena aka kantor desa jam pidu aimma Sindi.\" (Assalamu\u2019alaikum 3 x, Permisi Semuanya ini aku Marlia, mau memberikan sedikit informasi yang di peruntukan bagi semua warga masyarakat yang tidak memiliki KK, KTP, akte kelahiran, BPJS dan KIP dan yang bermasalah dengan PKH\u00a0 di mohon hadir besok jam 7 pagi di kantor desa)<\/p>\n\n\n\n
Aku dan 12 orang perempuan petugas KLIK PEKKA lainnya\ndengan seragam putih hitam juga\nmelakukan hal yang sama , segera bergegas , menuju kantor desa karena tugas sudah menanti di meja\nmasing-masing , melayani tamu kabupaten dan juga masyarakat yang telah memenuhi\nhalaman kantor desa.<\/p>\n\n\n\n
Acara KLIK sedikit terlambat, karena Narasumber (Instansi\npemerintah) kabupaten yang seharusnya\ntepat waktu sesuai undangan agak\nterlambat hadir mungkin karena jarak\ndesa sedikit menjadi penghalang nya. Setelah tiba, para narasumber ini pun\nlangsung duduk di meja masing-masing yang\nsudah di sediakan, saat itu aku pun kebagian tugas untuk mewakili serikat pekka\nuntuk memberikan kata sambutan, penutup sambutanku di ikuti tepukan riuh dari\npara hadirin karena acara KLIK PEKKA baru pertama kali di lakukan di Desa Saneo\ndi kabupaten Dompu, untuk pertama\nkalinya aku juga mengambil bagian dalam\nkepanitiaan ini .<\/p>\n\n\n\n
Siang makin terik, warga masyarakat makin berjubel, dan berdesak - desakan di meja panitia,\nteriakan dan teguran para aparat desa serta petugas tidak di hiraukan, Aku\npahami itu, karena memiliki satu akte\nkependudukan adalah satu hal yang tidak\nmudah bagi masyarakat di desa saneo ini, yang biasanya jika mengurus akte\nkelahiran lewat calo yang ada di desa satu akte \ndi hargakan Rp.100.000 - Rp. 200.000, bukah harga yang murah bagi\nmasyarakat di desaku ini apalagi mereka adalah masyarakat miskin yang tidak\npunya penghasilan tetap.<\/p>\n\n\n\n
Antrian para warga masyarakat begitu padat, mereka yang\ndatang dari pagi hingga siang belum bisa terlayani karena Saking banyaknya yang\ndatang, rasa lapar masyarakat yang telah lama menunggu tak lagi bisa mereka\ntahan, mau balikkerumah untuk makan\nmereka merasa tanggung takut tidak terlayani karena sudah lama menunggu, hingga\nakhirnya Konsumsi yang disediakan Panitia untuk para narasumber habis mereka lahap\ntanpa permisi, karena rasa lapar para warga yang harus berjubel di bawah\nmatahari , tenda yang tersedia tidak mampu menampung lagi. Jumlah yang datang\nmengadu hanya bisa tercatat sebanyak \n545. Tidak tertibnya masyarakat untuk mengikuti alur pendaftaran\nmenyebabkan kami banyak kehilangan waktu mencatat yang mendaftar sehingga yang lainnya tidak terdaftar karena\nwaktu konsultasi di batasi hanya sampai siang saja.<\/p>\n\n\n\n
Disinilah aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku bukanlah perempuan bodoh yang harus di buang seperti yang dilakukan suamiku dulu, dia mebuangku demi perempuan lain meski telah berupayakeras membantunya dan memperjuangkannya sebagai kepala desa hingga menjabat 2 periode namun dia tetap saja membuangku, menganggapku sudah tak berguna, hingga menjadikanku terpuruk setelah berpisah, namun hari ini disinilah aku mulai merasa bahwa aku adalah perempuan hebat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Hingga kini setelah menjabat sebagai staf desa yang di angkat oleh kepala desa yang baru menggantikan jabatan suamiku dulu, setiap masyarakat yang membutuhkan pelayanan surat identitas diri dan kartu perlindungan sosial lainnya pasti datang ke kantor desa untuk mencarku, mereka meminta bantuanku, masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki identitas diri yang lengkap membuat meja ku selalu rame akan kehadiran mereka yang membutuhkan. Begitulah sibuknya aku saat ini sejak mengenal Pekka.<\/p>\n\n\n\n
Kontributor: Marlia kader Pekka Dompu, NTB<\/strong><\/p>\n","post_title":"Karena KLIK, Aku Bisa Jadi Staf Desa","post_excerpt":"","post_status":"publish","comment_status":"open","ping_status":"open","post_password":"","post_name":"karena-klik-aku-bisa-jadi-staf-desa","to_ping":"","pinged":"","post_modified":"2020-10-28 04:37:36","post_modified_gmt":"2020-10-28 04:37:36","post_content_filtered":"","post_parent":0,"guid":"http:\/\/jwp.pekka.or.id\/home\/?p=1279","menu_order":0,"post_type":"post","post_mime_type":"","comment_count":"0","filter":"raw"}],"next":false,"prev":true,"total_page":4},"paged":1,"column_class":"jeg_col_2o3","class":"epic_block_25"};