Dapur Harus Tetap Mengepul

Dapur Harus Tetap Mengepul

Nama saya  Marlia, asal Desa Saneo, Kecamatan Woja, kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Usia saya 45 tahun, seorang janda cerai dengan jumlah tanggungan 4 orang, dua anak, satu adik kandung dan ayah kandung. Kedua anak saya semuanya bersekolah, 1 orang sedang kuliah semester 3 jurusan komunikasi di Jakarta dan yang bungsu sedang mondok di pondok pesantren di Jawa tengah. Adik bungsu saya juga sedang kuliah semester 6 di kabupaten Dompu, NTB. Ayah saya yang sudah  berusia lanjut harus saya penuhi semua kebutuhan hidupnya.

Pekerjaan saya selama ini, di samping sebagai petani perempuan, juga berjualan dan menjadi buruh tani. Bagi saya apapun jenis pekerjaan itu akan saya lakukan asalkan bisa menghasilkan uang yang halal.  Bulan April, tiba-tiba pemerintah kabupaten Dompu mengeluarkan sebuah keputusan yang sangat berpengaruh besar pada matinya usaha perekonomian saya, jagung yang saya panen dari ladang harganya anjlok karena gudang sebagai penampung jagung petani ditutup sampai pada batas waktu yang tak ditentukan, tidak ada harga standar jagung yang pasti dari pemerintah. Jangankan untung yang bisa saya dapatkan, modalnya saja tidak kembali.

Jualan saya pun sudah tidak laku lagi, karena tidak ada yang membeli. Saya benar-benar terpuruk dan tak mampu berkata-kata. Sementara kebutuhan anak-anak terus meningkat, keputusan pondok untuk memulangkan semua santrinya benar- benar membuat saya bingung dan frustasi karena dalam waktu yang bersamaan saya harus bayar tiket pesawat kepulangan jurusan Solo-Bima, tanah ladang terpaksa saya gadaikan ke tetangga, karena  yang di Jakarta pun butuh uang makan dan uang kost serta uang untuk membeli pulsa paket apalagi keputusan perusahaan yang menutup usahanya Karena ada PSBB yang dilakukan oleh pemerintah.

Di rumah, saya punya tanggungan ayah yang telah tua dan adik yang masih kuliah, dan saya tidak mungkin membiarkan semuanya mati kelaparan dan saya harus berjuang demi keluarga.   Dengan cepat saya beralih usaha, saya mencoba berbisnis online walau saya tak memiliki modal sendiri. Saya mencoba menjual produk teman dan tetangga seperti madu hutan asli Saneo dan susu kuda. Alhamdulillah setelah berjualan online,  saya tak kehabisan rejeki, selalu saja ada yang memesan dan membeli produk saya hingga sampai ke luar kota.  Saya juga berjualan online barang-barang pecah belah, perabot rumah tangga, pakaian, dan beberapa jenis produk hasil pertanian dan hasil sungai / perikanan.

Kini saya bisa membiayai kuliah anak dan biaya hidup di rumah teratasi, dapur masih tetap mengepul walau  hidup masih tetap kekurangan. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan  semuanya  jadi sulit. Saya tak menyangka jika wabah ini bisa masuk di Kabupaten kami, saya kira hanya ada di dalam berita televisi dan tidak nyata, tapi memang benar -benar nyata, semuanya dituntut untuk berdiam diri di rumah dan tidak boleh keluar ke mana – mana apalagi untuk bekerja dan mencari makan, sementara saya adalah perempuan kepala keluarga yang harus menghidupi anak seorang diri.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *