Rabu, 6 Oktober 2021 lalu, komunitas Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) yang diwakili oleh saya, Rahmawati dari Desa Samili, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan shooting video Dana Insentif Desa (DINDA) dan Pembinaan Teknisi Pemerintahan Desa (PTPD) yang diselenggarakan oleh Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK), program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia. Shooting video tersebut dilakukan di Kantor Desa Nggambe, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada wawancara singkat tersebut, saya memperkenalkan diri saya dan juga komunitas Pekka. Saya menjelaskan dengan singkat kriteria anggota yang tergabung di dalam Pekka, di antaranya perempuan yang cerai hidup, cerai mati, memiliki suami dengan sakit menahun atau disabilitas sehingga mengharuskan mereka menjadi tulang punggung keluarga, suaminya merantau dan tanpa kabar, serta perempuan lajang tetapi harus menafkahi diri sendiri, orang tua, dan saudaranya.
Saat proses wawancara berlangsung, saya ditanya tentang apa saja manfaat yang saya rasakan setelah aktif mengikuti kegiatan di Pekka. Terus terang saja, saya merasa manfaat yang saya rasakan cukup banyak dan saya sangat bersyukur dapat bergabung bersama Pekka. Saya dapat memahami lika-liku kehidupan perempuan, terutama perempuan kepala keluarga. Saya jadi tahu persis bagaimana kebahagiaan, kesedihan, perjuangan, pertahanan, dan keluh kesah mereka ketika memegang status sebagai perempuan kepala keluarga. Banyak sekali harapan yang mereka miliki, akan tetapi harapan itu belum didengarkan oleh para pemangku kepentingan. Beruntung saya menjadi bagian dari Jurnalisme Warga Pekka (JWP). Dengan menjadi bagian dari JWP, saya menjadi tahu lebih banyak tentang kehidupan dan cerita hidup para anggota Pekka. Saya juga menjelaskan dari sisi advokasi ke Pemerintah, yang mana dengan aktifnya saya di Pekka, saya mulai banyak diundang untuk menghadiri diskusi-diskusi baik di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, bahkan sampai provinsi. Hal tersebut tak lepas dari dukungan KOMPAK, terutama Pak Asrul selaku District Coordinator KOMPAK Bima yang sering melibatkan kami.
Selain itu, saya juga ditanya tentang apa saja kegiatan yang dilakukan Pekka saat ini. Saya menjelaskan dengan singkat bahwa saat ini Pekka sedang melakukan kegiatan Pra-Koperasi Simpan Pinjam melalui kelompok-kelompok Pekka yang telah terbentuk di enam desa di Kecamatan Woha. Kegiatan tersebut dipilih lantaran banyaknya anggota Pekka Bima yang berprofesi sebagai buruh tani, yang mana di Kabupaten Bima sendiri, pekerjaan buruh tani sifatnya musiman, hanya dibutuhkan saat bulan-bulan tertentu saja. Jika sedang tidak musim, maka mereka tidak memiliki pemasukan, sehingga mereka kemudian mau tak mau harus meminjam uang pada pemilik modal keliling (rentenir) dengan bunga yang relatif tinggi agar tetap bertahan hidup. Atas dasar itu, kemudian kelompok-kelompok Pekka akhirnya melakukan kegiatan Pra-Koperasi Simpan Pinjam secara swadaya, agar nantinya tali ketergantungan terhadap rentenir dapat diputus.
Hari semakin sore, bukannya merasa lelah, justru kru KOMPAK merasa semakin asyik dengan kegiatan yang dilakukan oleh Pekka. Mereka meminta wawancara dan pengambilan videonya dilanjutkan di tempat kegiatan Bank Sampah Pekka Samili. Mereka mulai mewawancara nasabah Bank Sampah dan mengambil video terkait proses kegiatan di Bank Sampah, mulai dari penimbangan, pembukuan, dan penataan. Menjelang waktu solat Maghrib, proses shooting pun selesai. Ada beberapa kegiatan yang belum sempat saya jelaskan, seperti kegiatan pembuatan kue secara individu berbasis kelompok, budidaya tanaman azolla, dan kegiatan kantung kompos. Walaupun penjelasan terkait kegiatan Pekka Bima belum dapat saya sampaikan secara detail karena keterbatasan waktu, namun saya senang telah mampu mengenalkan Pekka ke khalayak yang lebih luas melalui video yang akan diproduksi oleh KOMPAK. Semoga ke depannya Pekka Bima dapat bergerak dan bekerja dengan lebih semangat lagi demi meningkatkan kesejahteraan perempuan, sehingga perempuan dapat terhindar dari kerawanan sosial.
Penulis: Rahmawati
Editor: Capella Latief