Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah untuk Ketahan Ekonomi Keluarga

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Rumah untuk Ketahan Ekonomi Keluarga

“Sejak suami saya pergi dari rumah. Awalnya emperan rumah ini hanya dipergunakan sebagai tempat nongkrong anak-anak. Setiap sore ibu-ibu juga senang duduk di sini. Karena ga ada kegiatan kami banyak menghabiskan waktu santai di sini bersama tetangga” Terang Hajnah saat saya lewat di depan rumahnya. Siang itu saya sengaja mencari anak saya yang biasa bermain di samping rumah Hajnah. Karena masih ada lahan kosong yang dipergunakan oleh anak-anak untuk bermain bola.

Saya melihat lebih dari 10 anak sedang duduk berdempetan menikmati mie gelas dan pentolan bakso (Salome). Kelihatan asyik sekali walaupun duduknya tidak leluasa.

“Lha. Sedang apa ni, ramai banget?” Tanya ku penuh selidik. Sebab kulihat ada beberapa deret kemasan minuman berwarna di panjang berderat di pagar pembatas rumah tepat di samping pintu keluar utama. Bukan saja anak-anak yang menikmati makanan. Terlihat juga 3 orang mak-mak. Pun mereka  duduk berhimpitan.

“Mari kakak Moa (panggilan akrab untukku). Mada (saya) jualan makanan anak-anak ni. Bukankah di kelas kewirausahaan diajarkan memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai lahan perputaran roda ekonomi?” Katanya sambil tertawa kecil, menutup mulutnya dengan telapak tangan.

“Iya-iya betul. Luar biasa ni. Bisa mengaplikasikan Pengetahuan yang didapatnya di kelas kewirausahaan. Semangat Bu Hajnah” kata ku

“Lumayan kakak Moa. Uang dapur yang seharusnya dipakai 2 Minggu. Kalau kita berjualan begini bisa memperpanjang usia uang, paling tidak bisa diperpanjang menjadi 1 bulan” terang Hajnah.

Itu artinya Hajnah salah satu alumni perdana kelas kewirausahaan Pekka Bima, mampu memahami pengelolaan keuangan dan mampu melihat peluang usaha serta memanfaatkan lahan pekarangan pasif menjadi lahan aktif.

Tidak selamanya lahan pekarangan rumah itu dijadikan lahan ketahanan pangan. Di tangan Pekka lahan ketahan pangan berubah menjadi lahan ketahanan ekonomi keluarga.

Ada juga yang memanfaatkan motor sebagai pedagang sayur keliling. Dan ini baru pertama kali dilakukan sejak menjadi alumni.

” Beruntung saya ikut kelas kewirausahaan. Dulu motor saya ini hanya dipakai untuk keperluan hari-hari. Sekarang motor saya bisa menghasilkan uang. Walaupun saya masih berjualan dari rumah anggota Pekka ke rumah anggota Pekka. Saya Keliling ke beberapa desa yang ada alumni kelas kewirausahaan saja. Karena itu yang saya kenal. Namun sembari berjalannya waktu saya ga malu-malu lagi. Saya bisa menawarkan ke ibu-ibu dekat rumah saya juga dan sesekali saya mengeluarkan suara untuk menjajakan sayur dan ikan yang saya jual” cerita ibu Raoda panjang lebar saat kami melakukan pertemuan alumni Minggu lalu.

Lain lagi yang diceritakan Rahma.

“Padahal rumah saya dekat dengan pasar pagi desa. Kenapa ga kepikiran oleh saya untuk berjualan di pasar pagi itu. Selama ini saya hanya menjadi pembeli. Namun setelah saya mengikuti kelas kewirausahaan. Pikiran saya terbuka. Bahwa berdagang itu tidak butuh modal besar. Tinggal kita melihat peluang dan kebutuhan yang biasa dibutuhkan olah ibu-ibu. Akhirnya sekarang saya berjualan sayur asam dan sayur bening matang yang tidak membutuhkan modal besar. Cukup awalnya saya memetik daun kelor di depan rumah saya. Terus jam 4 pagi saya mengolahnya. Sementara untuk sayur asam saya beli kangkung, kacang panjang, 3 potong nangka muda sama labu air. Jadi de satu panci ukuran lima kilo sayur asam dan sayur bening. Orang bisa beli paling 2000 an keatas. Dan saya bisa menghasilkan uang 1000 RB setiap pagi. 1 jam udah ludes” berbagi cerita dipertemuan rutin alumni.

Mereka yang tadinya hanya ibu rumah tangga dan buruh tani yang mengandalkan pekerjaan musiman. Sekarang berkat Mengikuti kelas kewirausahaan mereka mampu menciptakan peluang usaha baru walaupun masih dibilang usaha yang tidak membutuhkan modal besar.  Akan tetapi bisa melihat peluang usaha yang sesuai dengan keadaan lingkungan rumah sekiranya.

Untuk diketahui alumni tidak serta merta dilupakan. Satu bulan sekali kami tetap melakukan pertemuan alumni guna mengetahui perkembangan kegiatan mereka selanjutnya.

Dalam hal ini saya pribadi mengakui bahwa kelas ini sangat bermanfaat untuk perempuan akar rumput .

Dan perlu saya akui bahwa ketiga Mentor  bisa membuktikan pada akademia bahwa mereka juga bisa merubah lahan pekarangan rumah menjadi lahan perputaran roda ekonomi keluarga sambil mereka memanfaatkan dunia Digital sebagai sarana promosi jualan mereka.

Salah satu mentor yang berhasil membangun warung di depan rumahnya adalah Siti Aminah. Sementara ibu Nurfirdaus memanfaatkan lingkungan sekolah karena Bu Nur Firdaus merupakan salah satu guru di Sekolah Dasar di desanya. Dia berjualan donat, sesekali nasi kuning yang diambil dari akademia. Disisi lain mentor Nurlinda, memproduksi dan menjual Mie  basah melalui group Pekka dan media sosial.

Pencapaian yang luar biasa. Cerdas melirik peluang dan cepat bergerak mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat.

Sekali lagi saya akui karena ketiga Mentor mampu memberikan penjelasan sedetailnya dari tujuan modul per modul.

Tak terlupakan adalah para penyusun modul serta jajaran yang terlibat didalamnya sampai lahirlah satu pandangan besar (ide) yaitu API yang bukan saja diperuntukkan untuk anggota Pekka. Melainkan untuk masyarakat umum serta difabel.

 

Kontributor: Rahmawati AB, Kader Pekka Kabupaten Bima, NTB

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *