Dua hari saya mengikuti pelatihan enumerator melalui online dengan aplikasi Zoom. Saya berangkat pagi hari dan petang baru tiba di rumah lagi karena saya pergi ke Dongko dan jarak desa saya Jombok ke Dongko cukup jauh kurang lebih satu setengah jam naik motor.
Setelah pelatihan selama dua hari, saya diberi tugas melakukan pendataan Pemantauan Bansos Covid-19, di desa saya, desa Jombok Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek, khususnya di RT 21 RW 6 Dusun Gading, di mana saya tinggal di situ.
Tanggal 20 Mei 2020, sebelum pendataan, saya menemui Bapak Ketua RT untuk memberikan surat tugas serta meminta ijin melakukan pendataan di RT 21 yang terpilih menjadi wilayah sampel pemantauan. Saya beruntung karena Bapak Ketua RT cukup baik dan langsung memberikan ijin kepada saya untuk melakukan pendataan.
Kamis tanggal 21 Mei saya memulai terjun untuk melakukan pendataan. Saya berangkat agak siang, karena pagi hari saya harus menemani anak – anak mengerjakan tugas belajar online. Meski berangkat agak siang, Alhamdulilah, pengalaman hari pertama ini lancar. Semua responden yang saya tuju ada di rumah. Meski saya sedih juga mengetahui kini banyak KK yang menganggur di rumah karena adanya Pandemi Covid 19 ini. Padahal sebelum Covid 19, kebanyakan mereka bekerja menjadi buruh dan di PHK. Kini mereka mau tak mau kembali menjadi petani mengurus kebun yang hasilnya tidak bisa diharapkan cepat.
Salah satu responden, Bapak Tamijan (67), awalnya wawancara berjalan dengan mulus, bahkan kadang bercanda. Namun saat bertanya di Bab Bantuan Covid, beliau langsung emosi. Sampai saya sedikit takut. Hal itu karena dia tidak pernah mendapat bantuan apapun dari Pemerintah. Padahal dia tahu malah ada beberapa warga yang menerima dobel. Bahkan banyak warga penerima bantuan itu sebenarnya tidak sesuai dengan kriteria miskin. Berbagai keluh kesah soal bantuan dia lontarkan.
“ Kalau judulnya siapa yang kena Dampak Covid 19, semua berdampak, bukan hanya orang kota. Orang Desa juga jadi tidak bisa bekerja menjadi buruh, jika hanya mengandalkan hasil pertanian, itu tidak cukup. Tolong ini ditulis, sampaikan ke orang – orang di atas, jika memberikan bantuan yang adil. Jangan hanya orang – orang yang dekat dengan pemerintah saja.“ Tuturnya.
Mendata ini cukup asyik, hingga tidak terasa hari sudah sore. Saya tidak langsung mengentry malamnya karena capek dan harus mengurus anak- anak. Pendataan saya teruskan keesokan harinya. Hari Jumat tanggal 22 Mei 2020 ini saya malah agak ringan, karena pagi – pagi ada beberapa KK yang minta di data datang ke rumah saya. Mumpung belum berangkat ke sawah atau kebun, kasihan kalau saya ke rumahnya nanti dia sedang bekerja.
Selain itu beberapa orang yang didata ini juga berharap dengan didata mereka ke depan bisa mendapatkan bantuan, karena belum tersentuh bantuan apapun. Meski berulang kali saya mencoba menjelaskan bahwa Pendataan ini tidak ada hubungannya dengan pendataan warga penerima bantuan, karena hanya bertujuan memantau. Namun mereka tetap berharap. Yang penting mereka sudah paham dan tidak keliru memahami.
Saya memutuskan sementara berhenti mendata untuk persiapan lebaran. Saya baru mendata lagi tanggal 27 Mei 2020, untuk melanjutkan dan syukur bisa selesai target saya. Karena tinggal kurang 16 KK lagi. Namun cuaca kurang mendukung, hujan lebat disertai angina. Hingga belum selesai hari itu, masih tersisa 5 KK lagi yang kurang.
Di rumah, saya mencoba mulai mengentry data di google form. Alhamdulillah, sinyal mendukung dan saya berhasil mengirim beberapa data yang sudah saya wawancara tanggal 20 dan 21 Mei. Melihat di grup wa enumerator banyak kawan – kawan pendata yang sudah selesai. Saya jadi bersemangat lagi mendata untuk menyelesaikan tugas saya sebagai enumerator.
Akhirnya, Jumat tanggal 29 saya berhasil menyelesaikan pendataan. Ada 67 KK warga RT 21 Dusun Gading desa Jombok, namun hanya 65 orang yang berhasil diwawancara karena yang 2 KK masih merantau kerja di luar wilayah dan tidak tahu kapan kembali.
Senang bisa menyelesaikan tugas menjadi enumerator. Sungguh pengalaman berharga. Semoga ke depan ada kesempatan lagi, sehingga bisa melakukannya dengan lebih baik.
Penulis: Dwi Safitri, kader Pekka Trenggalek